Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Wilmar Dilaporkan Terus Menggerus Hutan di Indonesia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 14-06-2014 | 08:54 WIB
0612gontolo(1).jpg Honda-Batam
Gambar-gambar ini satelit Landsat menunjukkan penebangan hutan HCS di dua konsesi kelapa sawit setelah 5 Desember 2013, tanggal di mana Wilmar mengumumkan Kebijakan Nol Deforestasi. Dari 7 Desember 2013 sampai setidaknya 14 April 2014, dua perusahaan kelapa sawit terus membuka hutan HCS. (Foto: Greenomics).

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Grup raksasa sawit yang beroperasi di Indonesia, Wilmar International Ltd, melalui dua perusahaannya, terus menggerus hutan hujan untuk mengembangankan perkebunan sawit. Padahal sebelumny Wilmar sudah menyatakan tidak akan melaksanakan kebijakan deforestasi.

Dalam laporan yang berjudul "As a strategic shareholder, is this in line with Wilmar’s No Deforestation Policy?", Greenomics Indonesia memaparkan kegiatan terbaru PT Sawindo Cemerlang dan PT Sawit Tiara Nusa, perusahaan yang dimiliki oleh Kencana Agri Group Ltd. Wilmar sendiri memegang saham 20 persen di Kencana Agri.

Dari analisis data satelit, Greenomics menemukan bahwa PT Sawindo Cemerlang dan PT Sawit Tiara Nusa melakukan penebangan hutan di Kabupaten Pohuwato, yang terletak di Gorontalo, Sulawesi Utara. Data independen dari Global Forest Watch itu menegaskan perubahan tutupan hutan terbaru di daerah tersebut.

Meskipun perambahan hutan itu legal, Greenomics mengatakan data Kementerian Kehutanan menunjukkan bahwa daerah tersebut terdiri hutan hampir seluruhnya ditebangi, merupakan area kebijakan zero deforestasi Wilmar sejak Desember 2013 dan dianggap daerah stok karbon tinggi. Oleh karena itu, tuding Greenomics, kegiatan penebangan itu tampaknya justru melanggar kebijakannya sendiri.

"Melalui kebijakan tiada deforestasi Wilmar menyatakan bahwa hal itu berlaku untuk 'semua operasi Wilmar di seluruh dunia, termasuk anak perusahaannya," tulis Greenomics melalui laporan tersebut seperti dikutip dari mongabay.com.

"Akibatnya, Wilmar perlu menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi di dua konsesi kelapa sawit tersebut."

"Apakah penilaian HCS pernah dilakukan pada kedua perusahaan itu?" tanya Elfian Effendi, Direktur Eksekutif Greenomics.

Greenomics menambahkan bahwa situasi tersebut justru menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana pemantauan afiliasi Wilmar dan apakah itu akan melanjutkan untuk memasok pasokan kelapa sawit yang mempercepat penebangan hutan menjelang batas waktu untuk mengakhiri deforestasi.

Wilmar adalah perusahaan minyak sawit terbesar di dunia, mendagangkan atau memproduksi hampir separuh minyak sawit dunia. Di bawah tekanan dari aktivis lingkungan dan pembeli minyak sawit yang berkaitan dengan deforestasi dan konflik sosial, Wilmar tahun lalu mengumumkan kebijakan yang mengatur perlindungan sosial dan lingkungan di seluruh rantai pasokan global. (*)

Editor: Roelan