Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pengusaha Muslim Malaysia Serukan Boikot Cadbury
Oleh : Redaksi
Sabtu | 31-05-2014 | 09:18 WIB

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Cokelat Cadbury Malaysia ditarik dari pasaran, setelah temuan oleh pihak berwenang Malaysia -dalam uji acak- dianggap mengandung DNA babi. Cadbury Malaysia hanya menjual produk ini di pasar lokal.

Penjualan produk Mondelez di Malaysia adalah sebagian kecil dari sekitar 15 persen pendapatan perusahaan itu yang berasal dari kawasan Asia-Pasifik. Tetapi, kekhawatiran atas standar halal bisa membahayakan penjualan di pasar muslim yang lebih besar, seperti Indonesia dan Timur Tengah.

Namun bukan hanya pada produk cokelat, kelompok ritel muslim Malaysia meminta agar pihak berwenang menghentikan penjualan semua produk yang dibuat oleh Cadbury, Mondelez dan raksasa makanan AS Kraft, yang mengakuisisi Cadbury pada tahun 2010 dalam kesepakatan senilai 19 miliar Dolar AS. Selanjutnya unit tersebut berganti nama menjadi Mondelez International Inc.

Kelompok muslim mendesak pemerintah Malaysia untuk melakukan aksi boikot. "Ini akan mengajarkan semua perusahaan di Malaysia untuk mempertahankan dan melindungi sensitivitas di Malaysia," tandas Sheikh Abdul Kareem Khadaied, kepala penelitian Asosiasi Konsumen Muslim Malaysia dalam sebuah konferensi pers di Kuala Lumpur.

Dia mengatakan, perusahaan tersebut harus meminta maaf dan menarik semua produk mereka secara sukarela."Ini adalah masalah yang terkait agama," tambahnya.

Dalam sebuah pernyataan pekan ini, Cadbury Malaysia mengatakan telah bekerja sama dengan Departemen Urusan Islam untuk memastikan bahwa produknya sudah memenuhi pedoman halal. Dikatakan lebih lanjut, pihak berwenang menjalankan tes lagi dan akan mengumumkan hasilnya dalam waktu sepekan. Seorang juru bicara untuk Cadbury Malaysia menolak untuk merespon ajakan boikot nasional.

Kelompok-kelompok ritel dan konsumen muslim menyatakan alasan diperlukannya pemboikotan produk Cadbury dan produk lainnya karena kontaminasi tersebut diduga mungkin tak terbatas hanya pada dua jenis cokelat.

"Meskipun hanya dua produk yang terdaftar sebagai produk terkontaminasi, tapi mekanisme yang sama digunakan untuk memproduksi produk lainnya, jadi ada keraguan dalam pikiran kita bahwa semua produk dapat terkena kontaminasi yang sama," tuding Bazeer Ahmad, penasihat Asosiasi Grosir dan Pedagang Ritel Muslim Malaysia. (*)

Sumber: Reuters | AP | Deutsche Welle