Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Siapa Calon Gubernur Kepri 2015
Oleh : Opini
Senin | 26-05-2014 | 09:43 WIB

Oleh: Raja Dachroni (@Dachroni)

SENIN (12/5/2014) lalu, KPU Kepri sudah menetapkan perolehan suara dan kursi di DPRD Kepri periode 2014 - 2019. PDI-P, Golkar dan Demokrat adalah tiga partai besar di Kepri. Selain momentum Pilpres, penulis pikir menarik kita membaca peta politik dari hasil Pileg 2014 itu untuk Calon Gubernur Kepri (Cagub Kepri) 2015, karena kurang lebih setahun lagi akan digelar.

Ada dua pendekatan yang bisa kita jadikan instrumen untuk membacanya, yakni partai politik dan figur yang saat ini mengemuka. Mengapa? Memang kita sama-sama menyadari bahwa partai politik tidak begitu berpengaruh dalam suksesi pemenangan calon gubernur. Akan tetapi, kita juga tidak bisa menafikan bahwa seorang figur politik memerlukan partai politik untuk mengantarkannya sebagai calon Gubernur Kepulauan Riau pada tahun 2015.

Komunikasi politik penulis pikir sudah mulai berjalan, walau mungkin tidak tercium oleh media, tapi penulis meyakini petinggi partai politik dan figur yang berminat menjadi Cagub Kepri 2015 sudah melakukan interaksi politik dalam bentuk pertemuan tertutup mengingat setahun lagi pesta demokrasi lokal Pemiluka Kepri akan digelar.

Mari kita petakan terlebih dahulu dengan kekuatan partai politik yang ada. Dalam pasal 59 ayat (2) UU RI nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah: "Partai politik atau gabungan partai politik dapat mendaftarkan pasangan calon apabila memenuhi persyaratan perolehan sekurang-kurangnya 15% (lima belas persen) dari jumlah kursi DPRD atau 15% (lima belas persen) dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan".

Dalam rekapitulasi suara dan kursi KPU Kepulauan Riau merilis hasil Pileg 2015 sebagai berikut: PDI Perjuangan memperoleh 9 kursi DPRD atau 20 persen, sementara Partai Golkar hanya memperoleh 8 kursi atau 17,78 persen. Kemudian disusul Partai Demokrat dengan memperoleh 7 kursi atau 15,56 persen, serta di urutan keempat Partai Hanura dengan 5 kursi atau 11,11 persen.

Sementara PKS memperoleh 4 kursi, PKB dan Gerindra sama-sama memperoleh 3 kursi. Partai Nasdem, PAN, serta PPP memperoleh 2 kursi. Sedangkan dua partai, masing-masing PBB dan PKPI tidak mendapatkan kursi di DPRD Kepri. Kendati dua partai politik ini tidak mendapatkan kursi, perolehan suara mereka bisa dimanfaatkan untuk Cagub yang mungkin sulit mendapatkan kendaraan politik atau mungkin sudah dapat tapi tidak mencukupi persyaratan minimum.

Melihat hasil Pileg itu penulis pikir bisa saja tiga atau empat poros terbentuk. PDI P, Golkar dan Demokrat mutlak mendapatkan satu tiket untuk mengusung calon sendiri tanpa koalisi dengan partai politik manapun. Sementara partai politik lainnya bisa bergabung untuk mengusung poros baru. Akan tetapi, kita juga mesti ingat figur Cagub yang memiliki tingkat elektabilitas dan popularitas di mata publik saat ini juga tidak berubah banyak seperti Pemilukada Kepri 2010 lalu.

Drs. H. M. Sani diprediksikan akan maju dan sepertinya akan 'pisah ranjang' dengan wakilnya saat ini, HM. Soerya Respationo. Signal itu sudah kelihatan dari suara beberapa DPD PDI-P yang menginginkan Soerya maju sebagai Cagub Kepri. Baru dari sini saja kita sudah memiliki dua figur. Figur lainnya disebut Ismeth Abdullah dan Huzrin Hood juga punya peluang yang sama, hanya saja mereka harus cerdas membangun komunikasi politik dengan partai politik yang ada.

Kemungkinan juga ada figur lain yang mungkin tertarik untuk bertarung pada Pemilukada Kepri 2015. Bisa jadi anggota DPR RI Dapil Kepri yang barusan saja terpilih pada Pileg 2014 yang lalu, seperti Asman Abnur dan H. Nyat Kadir. Walau ini tidak realistis, tapi kemungkinan itu bisa saja terjadi sesuai dengan situasi dan kondisi.

Sementara itu, kepala daerah tingkat dua penulis pikir akan realistis. Mereka mungkin bersabar dan menahan diri untuk menjadi Cagub Kepri. Mereka akan memburu posisi calon wakil. Beberapa kepala daerah itu menurut penulis, antara lain Drs H. Ansar Ahmad SE MM yang saat ini merupakan Bupati Bintan, Walikota Batam Drs Ahmad Dahlan, Bupati Karimun Dr Nurdin Basirun, dan Bupati Lingga Drs H. Daria. Keempat kepala daerah di kabupaten/kota yang ada di Kepulauan Riau ini sangat realistis untuk mendapingi figur-figur cagub yang ada.

Apakah hanya ini? Menurut penulis ada figur lain juga di luar empat kepala daerah ini. Bisa jadi anggota DPD terpilih layak juga mendampingi figur yang telah mengemuka menjadi Cagub Kepri 2015. Sebut saja Ria Saptarika, Hardi S. Hood, Djasarmen Purba atau Haripinto. Akan tetapi, tentu dari keempat legislator ini sudah idealnya Cagub Kepri mengambil peraih suara terbesar. Ria Saptarika paling berpeluang untuk itu. Hal ini bukan tidak beralasan, karena memang dia berhasil meraih 100 ribu-an lebih dukungan masyarakat Kepri untuk melenggang ke Senayan.

Nah, melihat figur dan partai politik peraih kursi di DPRD Kepri, paling tidak tergambarkan ke mana arah partai politik nanti mengusung figur-figur yang telah bermunculan. Golkar bisa saja mendukung H. M. Sani mengingat hingga detik ini walau H. M Sani pada Pemilukada Kepri 2010 tidak didukung tapi kita belum pernah mendengar mundurnya dia menjadi kader Golkar. Tentunya dengan kompensasi khusus.

PDI-P tentunya semakin percaya diri apalagi pada Pileg 2014 mereka berhasil meraih kursi terbanyak dan saat ini ada figur HM. Soerya Respationo yang merupakan Wagub Kepulauan Riau. Ismeth Abdullah, mantan Gubkepri 2005- 2010, ini bisa saja didorong Partai Demokrat. Sementara Huzrin Hood harus kerja keras melobi partai politik papan tengah untuk mendapatkan tiket menjadi Cagubkepri 2015.

Tentunya, ke depan figur-figur Cagub Kepri dan Cawagub Kepri bisa saja berubah tergantung bagaimana pengurus teras partai politik di Kepri dalam menjalin komunikasi dengan figur-figur yang telah penulis sebutkan di atas. Akan tetapi, kita tentunya berharap partai politik tidak memandang dari sisi popularitas dan elektabilitas belaka, tetapi di samping itu tidak kalah penting kita berharap partai politik juga bisa benar-benar mencari figur yang tahu benar permasalahan Kepri itu apa dan cara menyelesaikan masalahnya. Semoga!

Penulis adalah Direktur Lembaga Kajian Politik dan Otonomi Daerah (LKPOD) dan Dosen STISIPOL Raja Haji Tanjungpinang.