Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Angkatan Laut AS Ubah Air Laut Jadi Bahan Bakar
Oleh : Redaksi
Jum'at | 23-05-2014 | 13:08 WIB
0.jpg Honda-Batam
Uji coba bahan bakar dari air laut melalui pesawat model. (Foto: ist)

BATAMTODAY.COM - KRISIS energi mendorong manusia untuk mencari alternatif dari sumber daya yang terbarukan. Kini, mengekstraksi bahan-bahan kimia dari laut dan mengubahnya menjadi semacam bahan bakar cair, ternyata dimungkinkan oleh beberapa kemajuan teknologi mutakhir.

Selama beberapa abad, para ahli kimia telah mencoba mengubah timbal menjadi emas. Transmutasi telah lama terbukti mustahil, namun mimpi yang mirip -mengubah air menjadi bahan bakar-sepertinya dapat diraih.

Para ilmuwan di laboratorium Angkatan Laut AS membuktikannya dengan menerbangkan pesawat model yang menggunakan air laut yang telah direkayasa. Gas alam dan bahan bakar cair, dibakar dalam berbagai jenis mesin pembakar internal, adalah senyawa-senyawa kimia hidrogen dan karbon, yang berasal dari cadangan dalam bumi.

Samudera juga merupakan tempat hidrogen yang berkelimpahan dan juga karbon dioksida atau CO2 yang semakin meningkat. Larut dalam air laut dari udara, senyawa itu membuat air laut semakin asam.

Mengekstraksi bahan-bahan kimia itu dari laut dan mengubahnya menjadi semacam bahan bakar cair dimungkinkan oleh beberapa kemajuan teknologi mutakhir, menurut peneliti Angkatan Laut AS, Dr Heather Willauer.

"Kami telah dapat menunjukkan bahwa kita dapat menggabungkan CO2 dan hidrogen di laboratorium pada skala lab, menjadi bahan bakar cair," ujarnya.

Proses itu memerlukan banyak energi listrik, yang agar ekonomis harus datang dari sumber rendah biaya, seperti pembangkit listrik tenaga nuklir. Bahan bakar baru itu berhasil diuji untuk sebuah pesawat model bermesin dua tak. Untuk sementara, pembuatannya memerlukan listrik dua kali lipat dari yang dapat diproduksi bahan bakar itu, namun para peneliti berharap dapat menurunkan rasio itu.

Willauer mengatakan proses baru itu tidak akan meningkatkan jumlah karbon dioksida di atmosfer, yang menyumbang kepada pemanasan global. Para peneliti berharap pabrik industrial skala kecil dapat mengubah air laut menjadi bahan bakar dalam 15 tahun mendatang. (*)

Sumber: VoA