Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pengumuman UN di SMAN 6 Tanjungpinang Diwarnai Tangisan Puluhan Siswa
Oleh : Habibi
Selasa | 20-05-2014 | 21:07 WIB
P1230869.JPG Honda-Batam
Seorang siswa SMAN 6 Tanjungpinang sambil menangis memeluk gurunya karena tak lulus UN tahun ini. (Foto: Habibi Kasim/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Puluhan siswa SMA Negeri 6 Tanjungpinang menangis saat membuka amplop yang diberikan pihak sekolah. Amplop yang dibagikan kepada setiap siswa itu berisi selembar kertas yang menyatakan apakah siswa penerima amplop itu lulus atau tidak.

Naasnya, dari 101 siswa yang menerima amplop, 25 orang di antaranya mendapatkan amplop berisi keterangan "tidak lulus". Spontan puluhan siswa yang dinyatakan tidak lulus itu pun menangis sejadi-jadinya.

"Apa yang harus saya bilang sama orang tua saya, Bu?" ucap salah satu siswa sembari memeluk gurunya dengan menangis tersedu-sedu. Guru itu pun berusaha menenangkan siswanya yang syok karena tidak lulus.

Siswa yang tak lulus lainnya ada yang hanya tertegun, ada yang merobek kertas tersebut dan ada juga yang menangis histeris karena takut pulang ke rumah.

"Saya takut pulang, Pak, takut bapak dan mamak saya menangis dengan hasil saya ini," ucap siswi yang mengaku bernama Nuri ini sambil menangis.

Memang, jumlah siswa yang tak lulus di Tanjungpinang, paling banyak dari SMAN 6. Dari 25 siswa yang tak lulus itu, 15 siswi dan 10 orang siswa.

Kepala SMA Negeri 6 Tanjungpinang, Yoserizal, mengaku sudah berusaha memotivasi agar siswanya meraih hasil yang terbaik. Namun, kata Yoserizal, ketidak lulusan itu bisa menjadi cambuk untuk berbuat yang lebih baik lagi.

"Semoga jadi pelajaran berharga dan semakin baik, karena ini adalah keberhasilan yang tertunda," kata Yoserizal menenangkan siswanya.

Yoserizal sendiri memang mengaku menyesal karena banyak siswanya yang tidak lulus. Oleh karena itu, dia bertekad pada tahun depan benar-benar akan melakkukan perubahan, baik untuk siswa maupun guru yang memang dinilai kurang memiliki etos kerja, dan sikap seperti itu pada hampir semua guru di sekolah tersebut. (*)

Editor: Roelan