Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penggagas Institut Kandidat Presiden

The President Center Minta Revolusi Mental Jokowi Jangan Retorika Jargon Pilpres saja
Oleh : Surya
Jum'at | 16-05-2014 | 13:22 WIB
didit1.jpg Honda-Batam
Direktur Eksekutif The Presiden Center Didied Maheswara yang juga Penggagas Institut Kandidat Presiden

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Wacana perlunya 'Revolusi Mental'  yang disampaikan Jokowi dalam tulisannya di sebuah suratkabar terbitan Jakarta, terus mendapat tanggapan dari berbagai kalangan. Kali ini tanggapan bernada mempertanyakan disampaikan Direktur Eksekutif The President Center (TPC) Didied Mahaswara. 

 
Kepada wartawan di Gedung DPR,  Jumat pagi (16/5), Didied  mengatakan, yang dimaksud dengan revolusi lazimnya adalah berupa perubahan ketatanegaraan, pemerintahan, atau keadaan sosial yang dilakukan dengan cara cepat dan terdapat unsur mobilisasi fisik di dalamnya.

Sedangkan 'mental' berkaitan dengan bathin, tidak bersifat badaniah, menyangkut perasaan atau emosi manusia. Mental adalah sesuatu dalam diri manusia, tidak tumbuh, tidak berbentuk, hanya bisa dirasakan, dihayati, karena mental berhubungan dengan sikap dan watak manusia.

"Mungkin Jokowi mau nyindir Prabowo yang oleh umum dianggap suka emosi, karena itu emosinya harus direvolusi. Saya kira kalau membuat judul jangan bombastis, tapi malah ngawur," ujar Didied agak berseloroh.

Seperti diketahui, Sabtu 10 Mei lalu di sebuah suratkabar terbitan Jakarta Jokowi menulis artikel  berjudul 'Revolusi Mental',  intinya berupa ajakan mengenai perlunya Revolusi Metal, sebab menurut Jokowi  Reformasi  tidak mengubah mental negatif bangsa ini. Tulisannya ini mendapatkan reaksi beragam, antara lain karena Jokowi tidak menjelaskan bagaimana mengimplementasikan ajakannya itu  dan dari mana memulainya.

Melanjutkan pernyataannya Didied Mahaswara mengatakan, Jokowi yang berlatar belakang sarjana kehutanan tampaknya kurang mendapatkan masukan untuk gagasannya berupa ide Revolusi Mental tersebut. Sehingga antara judul dan isi tulisan tidak konkret dan tidak implementatif, tapi hanya wacana atau imbauan. 

"Jangan-jangan cuma bagian dari jargon kampanye Pilpres-nya Jokowi. Cuma retorika. Cuma jual janji dengan memakai kata revolusi," tandas penggagas Institut Kandidat Presiden, sebuah lembaga pendidikan mental bagi para calon pemimpin ini.

Didied sangat menyayangkan kalau seseorang maju jadi capres hanya karena ingin memanfaatkan situasi yaitu karena popular, padahal belum cukup berkompeten, sehingga sangat mungkin pada saat berkuasa nanti akan melakukan kebohongan-kebohongan.

Dalam konteks ini menurutnya Institut Kandidat Presiden yang sedang dipersiapkan dirinya menurutnya sangat relevan untuk menjadi lembaga penempa mental atau moral  para calon pemimpin.

"Kita harus persiapkan Indonesia jadi Mercusuar Dunia, bukan jadi Mercon Dunia seperti sekarang, yang hanya jadi sarang berbagai perbuatan negatif, termasuk terorisme," papar Didied. 

Editor : Surya