Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Aparat Kepolisian Bentrok dengan Mahasiswa Saat Orasi, Dinilai Kekerasan
Oleh : Romi Chandra
Kamis | 08-05-2014 | 12:09 WIB
mahasiswa-korban-polisi1.jpg Honda-Batam
Tongku memperlihatkan luka dan memar di tubuhnya.

BATAMTODAY.COM, Batam - Bentrok yang terjadi antara mahasiswa, yang tergabung dalam Jaring Mahasiswa Lira Indonesia (Jaring Mahali) dan Ikatan Mahasiswa Sumatera Utara (IMSU), dengan aparat kepolisian, saat melakukan aksi demo di depan Kantor Wali Kota Batam pada Selasa (6/5/2014) lalu, dinilai merupakan tindakan kekerasan.

Hal itu disampaikan Ketua Jaring Mahali sekaligus Ketua IMSU, Oloan Ritonga, saat ditemui BATAMTODAY.COM di sela aksi demo mahasiswa di depan kantor Bright PLN Batam, Kamis (7/5/2014) kemarin.

Oloan juga mengaku sangat menyayangkan kejadian bentrok tersebut, apalagi megingat jumlah mahasiswa yang terlibat bentrok sangat tidak sebanding dengan aparat kepolisian.

"Jumlah kami hanya 22 orang, sedangkan para aparat kemungkinan berjumlah seratus lebih, dan kami menjadi bulan-bulanan mereka," ujar Oloan yang mengaku memiliki rekaman vidio kejadian tersebut.

Kalau dilihat dari rekaman video yang dimiliki, Oloan menambahkan, saat melakukan orasi di depan kantor wali kota, salah satu mahasiswa, Andre, terjatuh ke dalam lubang di pekarangan kantor wali kota karena ada proyek renovasi.

"Dalam rekaman tersebut, saat Andre mau bangkit malah ditendang polisi. Melihat kejadian itu rekan-rekan mahasiswa lainnya tidak terima, makanya teman-teman berorasi mengatakan polisi babu," ujar Oloan.

"Kata-kata polisi babu itu keluar setelah melihat kejadian teraebut. Kami punya rekamannya. Namun parahnya, polisi tersebut mengatakan Andre pura-pura ditendang," tambah Oloan..

Bentrok yang sangat tidak seimbang itu membuat lima dari 13 mahasiswa yang digelandang ke Mapolresta Barelang, sempat menjadi bulan-bulanan para aparat yang naik pitam. Kelima mahasisya tersebut, yakni Tongku April, Alamuddin, Andre, Heri Ijang, dan Oloan Ritonga sendiri.

Ketua Jaring Mahali itu juga mengaku tidak sempat lagi melihat berpangkat apa saja aparat yang menghakiminya, sangking banyaknya yang melayangkan pukulan ke arahnya. "Saya hanya bisa menutup wajah dengan tangan, sementara pukulan terus menghujani tubuh saya, terutama di kepala," tutur Oloan.

Sementara itu, Tongku April, korban yang menjadi bulan-bulan aparat, mengatakan tidak mengetahui lagi tubuhnya diapakan aparat. "Saya tidak tahu lagi diapakan aparat. Yang jelas, aksi kekerasan tersebut berbekas di tubuh saya," kata Tongku sembari menunjukkan luka di bagian bawah mata kiri dan di bagian dada memar.

Editor: Redaksi