Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspadai Limbah Komestik di Perut Anda
Oleh : Redaksi
Sabtu | 22-03-2014 | 09:06 WIB

BATAMTODAY.COM - Butiran mikroplastik khususnya banyak ditemukan di produk untuk peeling wajah. Gunanya agar wajah lebih bersih dan bisa menghilangkan sisik-sisik pada kulit yang tidak diinginkan.


Butiran plastik ini lunak dan juga dicampurkan pada pasta gigi karena mikroplastik mampu membersihkan tanpa menyerang email gigi. Selain itu mikroplastik juga bisa ditemukan pada lipstik, maskara, dan alas bedak.


Siapa yang mempelajari kandungan peeling, alas bedak, atau pasta gigi akan menemukan nama-nama kimia seperti polietilen (PE) atau polipropilen (PP). Ini sama artinya dengan plastik.

Jadi, kandungan plastik dalam kosmetik bukanlah rahasia. Namun, perusahan-perusahaan kosmetika tetap enggan membicarakan tema tersebut. Beberapa permohonan wawancara dari DW ditolak.

Tapi cukup banyak perusahaan yang berencana untuk mengembangkan alternatif bagi mikroplastik. Perusahaan Perancis L'oreal misalnya, tidak ingin lagi memanfaatkan plastik mulai 2017. Beiersdorf AG dari Jerman, merek paling terkenalnya adalah Nivea, menjamin semua kandungan plastik dari produknya akan menghilang hingga akhir 2015.

Sisa kosmetik atau pasta gigi akan mendarat di sungai melalui saluran pembuangan. Lalu berakhir di laut.

Pakar lingkungan Martin Löder menjaring partikel-partikel mini dari perairan Laut Utara dan Timur. Sejak 2011, ia terlibat dalam proyek "Mikroplast" dan meneliti dampak dari mikroplastik di perairan tersebut.

Penelitiannya turut dibiayai kementrian pendidikan dan penelitian (BMBF) karena politik menuntut data-data konkrit sebelum dikeluarkan larangan khusus penggunaan mikroplastik.

Untuk itu setiap tahunnya, Löder dan timnya menyaring hingga 80.000 liter air dan mengambil sampel sedimen pada stasiun pengukuran yang berbeda-beda. Sampel dikeringkan dan diperiksa di mikroskop khusus yang bisa mengidentifikasi partikel berukuran kecil. Mikroplastik adalah istilah bagi butiran plastik yang ukurannya lebih kecil dari lima milimeter.

Loders dan timnya menggunakan FTIR-Spektroskopie atau spektroskopi inframerah. Sinar inframerah diarahkan ke sampel yang berada di bawah mikroskop, sehingga masing-masing molekul plastik bergoyang.

Rotasi molekul berbeda bagi masing-masing jenis plastik. Polipropilen yang sering muncul di produk kosmetik memiliki gerakan yang kerap sama. Melalui cara ini, plastik akan bisa teridentifikasi dengan pasti.

Kekurangan metode ini, partikel yang bisa diukur hanya yang lebih kecil dari lima mikrometer. "Mikroplastik masih bisa lebih kecil lagi. Tidak ada batasannya," jelas Löder.

Mikroplastik di laut di juga punya efek samping negatif. Di dalam air, plastik seperti punya daya magnet yang menarik zat kimia beracun. Sehingga ikan dan hewan laut lainnya tidak hanya menelan plastik melainkan juga racun. Dan pada akhirnya, manusia yang menyantap hewan laut tersebut. (*)

Sumber: Deutsche Welle