Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penelitian Menunjukkan Manula yang Berotot Lebih Panjang Umur
Oleh : Redaksi
Selasa | 18-03-2014 | 08:20 WIB

BATAMTODAY.COM, Los Angeles - Usia tua bukanlah waktu yang salah untuk berolahraga dan membentuk otot tubuh. Justru, manula yang melatih ototnya akan berumur lebih panjang dibanding manula yang hanya ongkang-ongkang.

Penelitian terbaru di Universitas California, Los Angeles (UCLA) menunjukkan bahwa manula yang memiliki massa otot lebih banyak akan memperkecil kemungkinan mereka meninggal lebih cepat. Temuan ini menambah bukti bahwa komposisi tubuh secara keseluruhan -dan bukan indeks massa tubuh (body mass index, BMI) -adalah prediktor yang lebih baik dari semua penyebab kematian.
 
Penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Medicine ini merupakan puncak dari penelitian UCLA sebelumnya yang dipimpin Dr Preethi Srikanthan, asisten profesor klinis pada divisi endokrinologi di David Geffen School of Medicine di UCLA yang menemukan bahwa menambah massa otot penting untuk mengurangi risiko metabolik.
 
"Begitu banyak studi tentang kematian akibat obesitas yang fokus pada BMI. Studi kami menunjukkan bahwa dokter harus fokus pada cara-cara untuk meningkatkan komposisi tubuh, bukan pada BMI saja," kata Srikanthan, melalui rilis resmi UCLA.
 
Para peneliti menganalisis data yang dikumpulkan oleh National Health dan Nutrition Examination Survey (NHANES) III, yang dilakukan selama 1988 - 1994. Mereka melakukan survei pada 3.659 orang pria berusia 55 tahun ke atas, dan wanita berusia 65 tahun ke atas.

Peneliti kemudian menentukan berapa banyak dari orang-orang itu yang meninggal secara alami berdasarkan survei tindak lanjut yang dilakukan pada 2004.
 
Komposisi tubuh subyek penelitian diukur dengan menggunakan impedansi Bioelectrical, yang mengalirkan arus listrik pada tubuh. Listrik lebih mudah mengalir pada otot dibanding lemak, karena danya kadar air pada otot.

Dengan cara ini, para peneliti dapat menentukan indeks massa otot -jumlah otot relatif terhadap tinggi tubuh- mirip dengan indeks massa tubuh. Mereka melihat bagaimana indeks massa otot ini terkait dengan risiko kematian.
 
Mereka menemukan bahwa semua penyebab kematian secara signifikan lebih rendah di kuartil keempat indeks massa otot dibandingkan dengan kuartil pertama. "Dengan kata lain, semakin besar massa otot Anda, semakin rendah risiko kematian," kata Dr Arun Karlamangla, seorang profesor di divisi geriatri di Geffen School dan penulis pembantu pada studi tersebut.

"Jadi, daripada mengkhawatirkan tentang berat badan atau indeks massa tubuh, kita harus berusaha untuk memaksimalkan dan mempertahankan massa otot," imbuhnya.
 
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Misalnya, seseorang tidak bisa secara definitif membangun hubungan sebab akibat antara massa otot dan kelangsungan hidup dengan menggunakan studi kohort seperti NHANES III.

"Tapi kita bisa mengatakan bahwa massa otot tampaknya menjadi prediktor penting dari risiko kematian," ujar Srikanthan.

Selain itu, impedansi Bioelectrical bukanlah teknik pengukuran paling canggih, meskipun pengukuran NHANES III dilakukan dengan cara yang sangat ketat dan praktis. "Ini adalah situasi terbaik dalam studi sebesar ini," katanya.
 
" Meskipun keterbatasan ini, studi ini menetapkan kemampuan prediksi kelangsungan hidup independen massa otot yang diukur dengan impedansi Bioelectrical pada orang dewasa yang lebih tua, tapi menggunakan data dari kelompok perwakilan nasional yang besar," tulis Srikanthan dan Karlamangla.

Mereka menambahkan, hubungan BMI dengan kematian pada orang dewasa yang lebih tua telah terbukti tidak konsisten. "Kami menyimpulkan bahwa pengukuran massa otot relatif terhadap tinggi badan harus ditambahkan ke toolbox dari dokter yang merawat orang dewasa. Penelitian masa depan harus menentukan jenis dan durasi intervensi latihan yang meningkatkan massa otot dan berpotensi meningkatkan kelangsungan hidup (sehat) pada manula," katanya.(*)

Editor: Roelan