Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penelitian Menyebutkan Kerugian Akibat Banjir di Eropa Membengkak 380 Persen Pada 2050
Oleh : Redaksi
Sabtu | 08-03-2014 | 08:00 WIB
banjir_di_inggris_BBC.jpg Honda-Batam
Foto: BBC

BATAMTODAY.COM - Sebuah penelitian memaparkan, banjir ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Inggris dalam beberapa bulan terakhir, bisa lebih sering terjadi di Eropa pada 2050. Kerugian secara finansial juga menjadi empat kali lipatnya jika perubahan iklim makin memburuk dan lebih banyak orang tinggal di daerah rawan.

Penelitian tersebut juga memaparkan, siklus banjir ekstrem yang sekarang terjadi setiap 50 tahun, bisa dipersingkat menjadi setiap 30 tahun. Demikian juga dengan rentang waktu kerusakan ekstrem sekarang terjadi setiap 16 tahun bisa diperpendek menjadi setiap 10 tahun sekali.

Dengan siklus banjir dan kerusakan ekstrem yang lebih pendek, kerugian rata-rata di Eropa saat ini dari 4,9 miliar euro (sekitar 79 triliun rupiah) setahun bisa membengkak menjadi 23,5 miliar euro (sekitar 378 triliun rupiah) pada 2050, atau naik hampir 380 persen, papar studi tersebut yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change, 2 Maret 2014.

Para ilmuwan di beberapa universitas dan pusat penelitian di Eropa dan Australia menggunakan model perubahan iklim, data ekonomi dan data debit sungai untuk menghasilkan kesimpulan mereka.

"Karena perubahan iklim dan pertumbuhan GDP pada 2050, banjir 50 tahunan bisa menjadi 30 tahunan sehingga frekuensi kerugian meningkat secara dramatis, hampir dua kali lipat," kata co - author Brenden Jongman, peneliti di IVM Institut Studi Lingkungan di Universitas VU Amsterdam, seperti yang dilansir Reuters.

Kerusakan ekstrem dapat lebih dari dua kali lipat dari tingkat kerusakan rata-rata yang digunakan dalam perhitungan penelitian. Pada Juni tahun lalu, misalnya, perusahaan reasuransi Munch Re, mencatat, kerugian akibat banjir besar di sembilan negara Eropa tengah dan timur mencapai 12 miliar euro (sekitar 193 triliun rupiah).

Kendati demikian, penelitian tersebut menyatakan, investasi dalam tindakan perlindungan banjir bisa membantu mengurangi besarnya kerugian banjir secara keseluruhan di masa depan. Dengan investasi sekitar 1,75 miliar euro (sekitar 28 triliun rupiah) untuk mengatasi banjir tersebut, kerugian tahunan di Eropa akibat banjir diperkirakan dapat dikurangi menjadi 7 miliar euro (sekitar 112 triliun rupiah), atau sekitar 30 persen pada 2050.

Meningkatnya biaya dari kerusakan banjir disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perubahan iklim, penggunaan lahan, populasi, dan kekayaan.

European Environment Agency (EEA) mengatakan tahun lalu, bahwa biaya dari banjir juga sebagiannya meningkat karena pembangunan perumahan di daerah rawan banjir. EEA juga menyatakan, ada kemungkinan peningkatan suhu di Eropa akan mengubah pola curah hujan, sehingga menyebabkan banjir lebih sering dan berat di berbagai daerah. (*)

Editor: Roelan