Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

3 Jurnalis Perempuan Terima Penghargaan IWMF Karena Keberanian Liput Berita
Oleh : Redaksi/TN
Sabtu | 14-05-2011 | 06:09 WIB
jurnalis_cewe.htm Honda-Batam

Chiranuch Premchaiporn asal Thailand, salah seorang jurnalis perempuan yang memperoleh penghargaan jurnalistik Courage in Journalism Award tahun 2011 dari International Women’s Media Foundation (IWMF).

Bangkok, batamtoday - Tiga perempuan jurnalis, salah satunya adalah Chiranuch Premchaiporn asal Thailand, memperoleh penghargaan jurnalistik Courage in Journalism Award tahun 2011 dari International Women’s Media Foundation (IWMF), organisasi  yang berpusat di Washington DC.

Penghargaan diberikan atas keberanian ketiganya mempertaruhkan hidup mereka dalam meliput berita, untuk disampaikan kepada publik. Adapun dua jurnalis perempuan lainya adalah, Adela Navarro Bello dari Meksiko, dan Parisa Hafezi dari  Iran. 

Mereka dinilai tahan terhadap bahaya, ancaman dan tekanan politik, dan telah menunjukkan dedikasi luar biasa dalam meliput  kekerasan, korupsi dan kerusuhan sosial di negara mereka. Chiranuch Premchaiporn adalah mitra Southeast Asian Press Alliance (SEAPA) dan mitra Kanal Informasi di Bangkok.

"Kami bangga terhadap perempuan-perempuan pemberani, yang menanggung cobaan yang paling berat dalam melaporkan peristiwa penting untuk publik dimana mereka tinggal," kata Direktur Eksekutif IWMF Liza  Bruto seprti dikutip Kanal Informasi.

"Mereka memberikan contoh peran penting pers dalam masyarakat."

Chiranuch Premchaiporn, 43 tahun, direktur dan webmaster Prachatai.com  di Bangkok, Thailand sekarang ini sedang menghadapi pengadilan yang mengancamnya hukuman hingga 70 tahun penjara dengan tuduhan menghina  Raja Thailand. Ia ditahan selama peradilannya. Sebelumnya, dia telah berulang kali ditangkap, kantornya digerebek dan websitenya diblokir beberapa kali oleh pemerintah Thailand.

Adela Navarro Bello, direktur umum dan kolumnis untuk majalah berita Zeta di Meksiko, melaporkan peningkatan kekerasan dan korupsi di kota perbatasan Tijuana. Navarro Bello, 42 tahun, menolak untuk diam, meskipun mendapatkan ancaman pembunuhan dari kartel obat bius.

Parisa Hafezi, kepala biro Reuters di Iran, dipukuli, dilecehkan dan ditahan ketika meliput aksi oposisi melawan pemerintah. Hafezi, 41 tahun , berada di bawah pengawasan aparat keamanan Iran. Agen-agen pemerintah menggerebek rumah dan kantornya.