Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Direktur Poltekes Tanjungpinang Sebut Pelatihan di Bandung untuk Dapatkan Sertifikat Profesi
Oleh : Habibi
Jum'at | 24-01-2014 | 13:47 WIB
Direktur_Poltekes_Tanjungpinang.JPG Honda-Batam

PKP Developer

Direktur Politeknik Kesehatan (Poltekes) Tanjungpinang, Novian Aldo. (Foto: Habibi Kasim/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Direktur Politeknik Kesehatan (Poltekes) Tanjungpinang, Novian Aldo, membenarkan adanya kewajiban bagi mahasiswa untuk mengikuti pelatihan selama dua hari di Cikarang, Bandung. Menurut Novian, pelatihan itu harus diikuti mahasiswa untuk mendapatkan sertifikat kompetensi profesi.

"Karena ada aturan baru dari Kementerian Kesehatan yang mewajibkan kepada perawat dan bidan juga pakar kesehatan lingkungan, harus memiliki sertifikat kompetensi profesi," jelas Novian kepada BATAMTODAY.COM, di kampus Poltekes Tanjungpinang, Jalan Arif Rahman Hakim, Jumat (24/1/2014).

"Ini baru pertama kalinya kami mengadakan ini karena memang aturan itu baru keluar," imbuhnya.

Novian menilai, biaya untuk mengikuti pelatihan tersebut terbilang murah dibandingkan pelatihan sejenis di tempat lain. "Itu termasuk murah, lho, dibandingkan dengan yang lain. Selama dua minggu lagi, bukan dua hari," terangnya.

Hanya saja dia mengakui, mahalnya biaya itu dikarenakan tiket pesawat sudah termasuk di dalamnya. Pihaknya memang sengaja tidak menggunakan jasa travel, namun langsung membeli tiket ke pihak maskapai.

"Kami tidak ada niat untuk mengambil keuntungan sedikit pun," kata Novian.

Dia menunjukkan rencana anggaran biaya untuk pelatihan tersebut. Dalam laporan itu, biaya tiket pesawat memang paling mahal, yakni Rp1,5 juta untuk dua kali terbang (pulang pergi).

Ada juga biaya transportasi bus Jakarta - Cikarang dan kunjungan IPAL, AMDAL, dan K3 sebesar Rp300 ribu, biaya konsumsi peserta sebanyak tiga kali makan dan dua kali kudapan Rp120 ribu per harinya.

"Biaya sebesar itu memang sudah standar dari Balai Kesehatan (Balkes), bukan kita yang nentukan," terang Novian. 

Dia juga membantah jika ada dosen yang mengancam tidak akan memberi nilai bagi mahasiswa yang tidak ikut pelatihan tersebut. 

"Saya berani jamin, tidak ada ancaman. Hanya memang jika tidak ikut (pelatihan) mereka tidak akan mendapatkan sertifikat, dan ijazah mereka bisa tidak diakui karena sekarang dunia kerja kesehatan mempertanyakan sertifikat itu kalau ingin melamar kerja," terang Novian. 

Mengenai mahasiswa yang keberatan, Novian mengakuinya. Karena itu, jika memang pelatihan ini memberatkan, kemungkinan program pelatihan di kampusnya akan dihapus.

"Kalau memang bermasalah, ya saya pikir kegiatan PKL ini dihentikan saja, agar jangan ada lagi. Tapi kalau mahasiswa susah mendapatkan kerja, kami tidak bisa berkata apa-apa," kata Novian.


Bisa Dicicil

Sementara itu, Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekes Tanjungpinang, Zainul Ikhwan, menambahkan, masih ada 18 orang mahasiswa yang belum membayar biaya untuk pelatihan tersebut.

Namun, jika memang tidak mampu bayar, pihak kampus bersedia membuatkan surat perjanjian bahwa mahasiswa belum mampu membayar penuh dan akan mencicil. "Kita memberikan mereka kemudahan seperti itu. Asalkan jelas dibayar sisanya, mereka bisa ikut berangkat," terang Ikhwan.

Diberitakan sebellumnya, sejumlah mahasiswa Politeknik Kesehatan (Poltekes) Tanjungpinang mengeluhkan besarnya biaya pelatihan yang diprogramkan kampus. Para mahasiswa harus membayar sebesar Rp4,8 juta untuk mengikuti pelatihan selama dua hari di Cikarang, Bandung. (*)

Editor: Roelan