Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penyelewengan Solar Subsidi di Batam

Pelangsir, SPBU dan Pertamina Diduga Tahu Sama Tahu
Oleh : Tim
Sabtu | 18-01-2014 | 14:59 WIB
mobil pelansir batuaji.jpg Honda-Batam
Salah satu mobil pelangsir solar yang pernah diamankan polisi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Razia terhadap para penyeleweng Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar bersubsidi yang dilakukan pemerintah maupun pihak polisi selama ini seakan tidak membuat gentar para pelaku di sejumlah SPBU di Batam. Seolah ada 'kode' Tahu Sama Tahu (TST) antara penyeleweng, SPBU maupun Pertamina.

Pasalnya, meski kerap ditindak aksi pencurian solar subsidi di SPBU di Batam tetap saja kerap terjadi, namun pengungkapan tidak sampai pada titik-titik gudang yang menampung hasil pelangsiran dari SPBU yang tersebar selama ini di Batam.

Dalam sehari kuota solar subsidi yang disuplai pihak Pertamina ke tiap SPBU sebanyak 8 hingga 24 ton. Namun pada kenyataannya yang tersalurkan ke masyarakat umum hanya 1 hingga 3 ton. Sementar, sisanya disedot para pelaku pelansir pada pagi, siang hingga malam hari. 

Sudah menjadi menjadi rahasia umum, para pencuri BBM susbsidi ini bekerja sama dengan oknum di SPBU. Bahkan, marknya gudang-gudang ilegal, seperti di wilayah Sagulung, Batuaji, Barelang, bahkan Batu Besar yang hanya berjarak beberapa kilometer dari Mapolda Kepri, diduga kuat diketahui oleh pihak Pertamina.

Seperti yang diungkap oleh salah satu pelansir solar subsidi, berinisial GJ kepada tim BATAMTODAY.COM. Menurut pria yang menggunakan mobil box ini, bahwa dalam perjalanannya melangsir solar subsidi ke beberapa SPBU rekanannya tergantung situasi. Kalau situasi aman bisa mencapai lima kali bolak balik dari SPBU ke gudang di wilayah Barelang. 

"Tapi kalau sedang tidak aman seperti saat ini, kita stop dulu beberapa hari, setelah mendapat informasi situasi sudah aman, palingan hanya 2 kali dalam sehari. Setelah aman baru kita jalan lima kali sehari. Kadang bisa di atas itu kalau lagi aman," katanya, Sabtu (18/1/2014).

Modus yang dilakukan pun beragam. Mulai dari tangki buatan, hingga trik pengisian. Untuk tangki, tambahnya, menggunakan kapasitas tampung solar sebanyak 2 ton. Bahkan ada yang kapasitas 5 ton. Mesin penyedot yang digunakannya diletakkan di dalam tangki utama, sehingga pada saat pengsian tinggal menekan tombol saja. Sehingga ketika melakukan transaksi pengisian, seakan operator mengisi minyak seperti bisa, karena mesin siap menyedot solar yang masuk dari tangki asli mobil.  

Bahkan juga ada modus yang berulang kali mengisi di SPBU yang sama, agar tidak terlalu mencolok yang menyebabkan antrian berkepanjangan. Sedangkan keuntungan yang diperoleh, menurut GJ, seharusnya dalam satu ton, bisa meraup keuntungan sampai Rp1,5 juta.

Namun demikian, saat ini pihak SPBU tampaknya juga tidak mau cuma-cuma dengan transaksi tersebut. GJ menyebut, pihak SPBU sering memainkan takaran yang keluar dari dispenser pengisi BBM.

"Kalau dari meteran hitungannya tidak pernah meleset. Kan gunakan kuitansi. Tapi pas buang solar di gudang, baru ketahuan isinya tidak mencukupi. Kadang 800 sampai 100 liter yang kurang untuk satu tonnya," terangnya menggambarkan keuntungan yang diperoleh pihak SPBU.

Untuk satu liter solar subsidi yang dibeli para pelangsir, katanya lagi, sebesar Rp5.900 sampai dengan jumlah penjualan resmi di dari SPBU yakni Rp6.000. Sedangkan solar subsidi yang kembali dijual kepada gudang sebesar Rp7.200 hingga Rp7.300 per liternya.

"Untung satu liternya Rp1.100 sampai Rp1.200. Kalau gunakan tangki kapasitas 1 ton tidak makan bang, karena banyak juga yang. Makan dari sini, bukan pelangsir aja. Karena dari SPBU sering berkurang. Makanya gunakan tangki 2 ton lebih. Kalau isi, biasanya minta 2.200 liter, jadi sampai di penampung pas 2 ton," ungkapnya.

Editor: Redaksi