Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Awas, Pakaian Anak Merek Ternama Dunia Mengandung Bahan Kimia Berbahaya
Oleh : Redaksi
Kamis | 16-01-2014 | 09:28 WIB
Pakaian-Anak-dan-Baju-Bayi-Branded-2.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM - Organisasi penyelamat lingkungan, Greenpeace, mengungkapkan, sejumlah bahan kimia berbahaya ditemukan pada 82 produk pakaian dan sepatu anak. Temuan itu berdasarkan pengetesan pada pakaian dan sepatu anak-anak yang dibuat oleh 12 merek mode duina.

Tes dijalani seiring kampanye Detox dari Greenpeace dan terhadap produk-produk yang dijual oleh Adidas, Burberry, Disney, American Apparel, GAP, Primark dan Nike di antara lainnya.

Setiap merek yang diuji coba ditemukan memiliki produk yang mengandung bahan kimia berbahaya, kata Greenpeace, termasuk misalnya nonylphenol ethoxylates (NPEs), yang dapat terpecah apabila dilepaskan ke alam untuk kemudian membentuk zat kimia yang bisa merusak hormon. Begitu juga dengan asam perfluoroctane (PFOA) yang dapat menyebabkan kanker. 

Pada sebagian produk yang dites, jejak-jejak ester dari asam phthalic juga ditemukan, yang dapat mengganggu kesuburan atau janin dalam kandungan, tambah Greenpeace.

"Bahan kimia seperti ini dapat ditemukan pada semua merek mulai dari desain-desain mewah yang eksklusif hingga mode berbujet," ujar pakar kimia Greenpeace, Manfred Santen, dalam sebuah konferensi pers di Hamburg.

Mencatat tidak adanya perbedaan dalam level bahan kimia yang ditemukan pada pakaian anak-anak dengan pakaian dewasa, Santen juga mengatakan bahwa anak-anak terutama rentan terhadap beragam dampak bahan kimia.

Ia lanjut mengatakan bahwa zat kimia beracun itu tidak berisiko langsung terhadap kesehatan, namun dapat mempengaruhi reproduksi manusia, sistem hormon dan imunitas begitu dilepaskan ke alam.

Di bawah kampanye Detox, Greenpeace telah membentuk sebuah aliansi dengan 18 merek mode, termasuk Mango dan H&M, yang berjanji akan sepenuhnya meninggalkan penggunaan bahan kimia beracun dalam produk-produk mereka pada tahun 2020.

Organisasi lingkungan itu juga menyerukan kepada Cina, yang merupakan produsen tekstil terbesar di dunia, untuk membantu memfasilitasi penanggalan bahan kimia dan transparansi rantai suplai pada industri tekstil. 

Dalam laporannya yang berjudul "A Little Story About a Monstrous Mess" yang menginvestigasi sisa-sisa bahan kimia berbahaya pada 85 pakaian anak-anak di Cina yang diproduksi juga di Cina, Greenpeace menemukan bahan berbahaya berdasarkan sampel yang diambil. 

Sebanyak 26 sampel ditemukan positif mengandung NPEs dengan konsentrasi kandungan tertinggi mencapai 1,800 mg/kg, dan dua sampel ditemukan positif mengandung phthalates dengan konsentrasi diatas 1,000 mg/kg dan yang tertinggi mencapai 1,700 mg/kg.

Sebanyak 85 pakaian tersebut diproduksi di Zhili town dan Shishi City di Cina, di mana 40 persen dari total produksi pakaian anak tersebut telah dijual ke luar negeri. Salah satu kemungkinan tujuannya ke Indonesia. 

"Data terakhir dari Kementrian Perindustrian tahun 2011, tercatat total impor tekstil dari Cina mencapai 2,3 miliar USD. Lebih lanjut sumber lainnya mencatat 2012 total impor pakaian bayi dari Cina mencapai lebih dari 2 juta USD, dan total impor pakaian jadi disemua kelompok umur mencapai lebih dari 168 juta USD," tulis Greenpeace. (*)

Sumber: Deutsche Welle