Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ungkap Dramatisasi Jumlah Korban 1965

Upayakan Rekonsiliasi, NU Terbitkan Buku Putih Benturan NU-PKI
Oleh : Surya
Selasa | 10-12-2013 | 06:38 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menerbitkan buku putih 'Benturan NU-PKI 1948-1965'. Buku itu, antara lain mengungkap adanya dramatisasi jumlah korban yang meninggal dalam serangkaian peristiwa horisontal yang terjadi semenjak 1965.



Buku putih diluncurkan di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (9/12/2013), dilanjutkan bedah buku oleh Kiki Syahnakri (PPAD), Abdul Mun'im DZ (tim buku putih), dan KH Chalid Mawardi (Mantan Ketua Umum GP Ansor).

Wakil Ketua Umum PBNU H As'ad Said Ali saat memberikan pengantar peluncuran buku itu mengatakan, sejumlah pengamat melakukan dramatisasi jumlah korban. Dikatakannya, dari sekitar belasan atau puluhan ribu korban disebutkan berjumlah ratusan ribu, bahkan peneliti barat mengasumsikan jumlah korban menyentuh angka hingga satu juta orang.

Dikatakannya, beberapa tulisan yang diterbitkan dan dijual bebas memang sengaja memilih asumsi angka korban yang paling besar, agar memunculkan efek spektakuler. Hingga saat ini jumlah dibiarkan simpang siur dan masyarakat barat heboh dengan ulah para peneliti mereka sendiri.

"Tim buku putih telah melakukan penelusuran dan mengungkapkan adanya proses dramatisasi jumlah korban itu. Bahkan di beberapa daerah yang menjadi basis PKI, asumsi jumlah korban yang dimunculkan itu lebih banyak dari jumlah penduduk yang terdata waktu itu. Ini kan aneh?" kata As'ad.

Ia mengungkapkan, dalam peristiwa 1965 juga tidak terjadi genosida atau pembunuhan terencana. Yang terjadi adalah konflik horisontal terutama ketika terjadi kekacauan dan vakum kekuasaan. Para pelakunya atau korbannya tidak tunggal. Buku putih itu sendiri mengungkapkan data korban dari kalangan NU baik dalam peristiwa 1948 dan 1965 yang hampir tidak pernah dicatat oleh para peneliti barat.

Ditambahkan, beberapa dasawarsa setelah peristiwa 1965 telah terjadi proses rekonsiliasi (islah) telah terjadi secara alami. Kesamaan tradisi dan kepentingan yang sama dalam menjalankan hidup bermasyarakat dan bernegara menjadi pintu utama dalam proses rekonsiliasi ini.

"Di beberapa basis PKI, buku ini juga mengungkapkan banyak fakta mengenai kebesaran hati para kiai NU dengan merawat, membesarkan dan mendidik anak-anak korban serangkaian konflik horisontal yang telah terjadi bahkan sebagian di antara mereka telah menjadi pegawai negeri sipil dan berperan di banyak bidang," katanya.

Dikhawatirkan, berbagai bentuk propaganda dan provokasi yang dilakukan pihak-pihak tertentu dapat mengganggu proses terjadinya rekonsiliasi alami itu, bahkan akan terus mengadudomba bangsa Indonesia.  

As'ad mengatakan, melalui penerbitan buku putih itu NU mengajak semua pihak untuk melanjutkan proses rekonsiliasi atau islah yang telah terjadi secara alami. Menurutnya, kesamaan tradisi dan kepentingan yang sama dalam menjalankan hidup bermasyarakat dan bernegara menjadi pintu utama dalam proses rekonsiliasi ini.

Buku putih itu juga mengungkapkan bahwa di beberapa basis PKI, banyak fakta para kiai NU merawat, membesarkan dan mendidik anak-anak korban serangkaian konflik horisontal yang telah terjadi, bahkan sebagian di antara mereka telah menjadi pegawai negeri sipil dan berperan di banyak bidang.

"Berbagai bentuk propaganda dan provokasi dikhawatirkan dapat mengganggu proses terjadinya rekonsiliasi alami itu, bahkan akan terus mengadu domba bangsa ini," kata As'ad saat memberikan pengantar dalam peluncuran buku putih itu.

As'ad mengatakan, buku putih itu menunjukkan bahwa tidak ada pembunuhan terencana atau genosida yang terjadi dalam serangkaian peristiwa 1965. Peristiwa itu merupakan konflik horisontal yang terjadi dalam kondisi vakum kekuasaan.

"Tidak ada pelaku tunggal atau korban tunggal. Semua kelompok adalah pelaku dan sekaligus korban karena yang terjadi adalah konflik horisontal," katanya.

Buku putih itu juga melampirkan data korban dari kalangan NU baik dalam peristiwa 1948 dan 1965 yang hampir tidak pernah dicatat oleh para peneliti barat.

As'ad Ali menambahkan, penerbitan buku putih itu juga dimaksudkan untuk menjelaskan sejarah secara utuh melalui data sejarah dan penuturan para pelaku. Penjelasan itu terutama ditujukan untuk generasi muda NU agar tidak mudah resah serta bimbang dengan berbagai provokasi baru yang dilancarkan oleh sejumlah pihak

Dikatakannya, NU mempunyai pedoman bahwa dalam menyikapi berbagai informasi, apalagi menyangkut peristiwa yang terjadi beberapa tahun silam, perlu dilakukan proses klarifikasi (tabayyun). Secara internal, buku itu merupakan jawaban dari berbagai pertanyaan yang diajukan oleh warga NU, terutama generasi NU yang lahir belakangan.

"Generasi NU harus mengetahui sejarah secara utuh dan tidak mudah resah serta bimbang dengan berbagai provokasi baru yang dilancarkan oleh sejumlah pihak. Generasi NU harus konsisten dengan prinsip dan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah dan bernegara secara benar sesuai dengan falsafah dan ideologi bangsa sendiri yaitu Pancasila," pungkasnya.

Editor : Surya