Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tertahan di Afrika Selatan, 75 Nelayan Indonesia Mengaku Diperbudak di Kapal
Oleh : Redaksi
Selasa | 03-12-2013 | 18:48 WIB
499D8E0B-D015-4678-807D-F17A8B9F9153_w640_r1_s.jpg Honda-Batam
Kabin dalam salah satu dari tujuh kapal nelayan Indonesia yang ditahan di pelabuhan Cape Town, Afrika Selatan. (Foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Johannesburg - Sebanyak 75 nelayan asal Indonesia yang tertahan di tujuh kapal pukat harimau di lepas pantai Cape Town, Afrika Selatan, selama tiga bulan, mengaku diperbudak selama berada di kapal.

Mereka yang ditahan pihak berwenang Afrika Selatan atas tuduhan penangkapan ikan ilegal menyatakan mereka dipaksa bekerja dalam keadaan seperti budak. Ke-75 nelayan Indonesia itu tertahan di tujuh kapal pukat harimau di lepas pantai Cape Town selama tiga bulan, hingga para pejabat lokal mengizinkan mereka mendarat pada Sabtu (30/11/2013) kemarin.

Pihak berwenang menangkap kapten kapal-kapal tersebut dan semula menolak mengizinkan para awak memasuki Afrika Selatan karena mereka tidak memiliki dokumen yang sah.

Para pejabat akhirnya mengizinkan mereka untuk mendarat setelah media Afrika Selatan melaporkan bahwa persediaan makanan para nelayan sangat sedikit, sementara mereka masih tertahan di teluk Cape Town.

Seorang nelayan mengatakan kepada kantor berita Perancis bahwa ia bekerja dengan jam kerja panjang tanpa upah sewaktu kapalnya berada di tengah laut.

Pengacara maritim yang berbasis di Afrika Selatan, Alan Goldberg, mengatakan ia sedang bekerja sama dengan para pejabat setempat untuk menangani situasi tersebut. Para nelayan Indonesia itu telah dikirim ke sebuah pusat pemulangan di Johannesburg.

Ke-75 nelayan itu sebelumnya dilaporkan bekerja di sebuah kapal penangkap ikan asal Taiwan. Namun mereka tak pernah digaji oleh perusahaan yang mempekerjakannya. 

Banyak orang Indonesia bekerja di industri perikanan karena tergiur janji upah tinggi, tetapi seringkali mereka kurang memiliki pendidikan dan pelatihan yang cukup untuk menghindarkan diri dari penipuan oleh para pemilik kapal yang jahat. (*)

Sumber: Voice of America