Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sosialisasi Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Terkini

Fundamental Ekonomi Indonesia Belum Terlalu Baik
Oleh : Roni Ginting
Kamis | 28-11-2013 | 14:55 WIB
sosialisasi_perkembangan_ekonomi_dan_fiskal_terkini.jpg Honda-Batam
Sosialisasi perkembangan ekonomi dan fiskal terkini di Hotel Novotel, Nagoya, Kamis (28/11/2013). 

BATAMTODAY.COM, Batam - Fundamental ekonomi Indonesia belum terlalu baik. Akibatnya, krisis ekonomi yang melanda Indonesia hingga saat ini belum bisa teratasi, yang terlihat dari lemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (moneter). 

"Seperti yang diketahui akhir-akhir ini, nilai tukar rupiah mengalami tekanan," ujar Kiagus Ahmad Badaruddin, Sekretaris Jendral Kementrian Keuangan RI, dalam kegiatan sosialisasi perkembangan ekonomi dan fiskal terkini di Hotel Novotel, Nagoya, Kamis (28/11/2013). 

Dia mengatakan, kebijakan yang dilakukan pemerintah mengatasi krisis ekonomi adalah upaya mengurangi atau menurunkan defisit neraca perdagangan. Defisit neraca perdagangan umumnya akibat impor migas yang terlalu tinggi.

"Dari sisi keuangan pemerintah terus berikan insentif fiskal melalui perpajakan," terangnya.

Diharapkan, perekonomian Indonesia ke depan akan semakin membaik, tidak ada pemutusan kerja dan konsumsi di dalam negeri cukup bagus.

"Kita harapkan kepada masyarakat dan pelaku usaha akan memahami untuk mendukung kegiatan pemerintah," ujarnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi XI RI, Harry Azhar Azis, menyampaikan, langkah penting untuk mengatasi krisis ekonomi di Indonesia adalah dengan adanya kerja sama konkrit antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dalam negeri.

"Saya kira terakhir ini ekonomi Indonesia relatif lebih terkendali dengan beberapa kebijakan yang dikeluarkan pemerintah," kata Harry.

Komisi XI, lanjut Harry, akan terus mengamati kebijakan pemerintah guna mengatasi mengatasi krisis neraca perdagangan yang cukup besar.

"Indonesia 40 tahun devisit neraca perdagangan. Sebagian karena kelalaian memperkuat kendali fundamental ekonomi Indonesia," terangnya.

Sedangkan upaya untuk mengatasi krisis ekonomi, meski ada kordinasi semua pihak serta kebijakan sektor UMKM karena sektor tersebut menjadi kunci bagi penyerapan tenaga kerja.

"Itu menjadi sumber instabilitas politik. Makin banyak pengangguran, akan mengganggu pemilu, mengganggu proses demokrasi kita," tuturnya

Sementara sektor yang belum tersentuh hingga saat ini adalah sektor pertanian yang bisa menyerap tenaga kerja. Pemerintah harus memperhatikan insentif, infrastuktur dan subsidi pertanian.

"Sektor pertanian harus menjadi perhatian serius pemerintah karena berkaitan langsung dengan perekonomian nasional," terang Harry. (*)

Editor: Dodo