Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Akhirnya, BlackBerry Gagal Terjual
Oleh : Redaksi
Rabu | 06-11-2013 | 15:53 WIB
Blackberry.jpg Honda-Batam
Kredit foto: readwrite.com

BATAMTODAY.COM - Upaya BlackBerry Ltd untuk mencari pembeli telah gagal. Produsen ponsel itu terpaksa mencoba langkah restrukturisasi baru, yang justru menimbulkan semakin banyak pertanyaan bagi perusahaan.

Senin lalu perusahaan Kanada itu mengaku tak lagi mengejar rencana tentatif privatisasi senilai $4,7 miliar. Sebaliknya, BlackBerry akan melanjutkan operasi sebagai perusahaan publik di bawah kepemimpinan baru. 

Selain itu, BlackBerry juga mendapat suntikan investasi senilai $1 miliar dari konsorsium yang dipimpin Fairfax Financial Holdings Ltd, pemegang saham utama perusahaan.

Eksekutif perusahaan mengatakan dana segar itu merupakan cara untuk memperkuat BlackBerry, di tengah-tengah penyusunan strategi baru. "Salah satu hal yang menghambat (BlackBerry) adalah perusahaan sempat mengajukan diri untuk dijual," papar Prem Watsa, pemimpin Fairfax, pemegang 10 persen saham BlackBerry yang berupaya memprivatisasi perusahaan.

"Kini, tanda 'dijual' sudah diturunkan. Pendanaan sudah diatur untuk jangka panjang."

Namun, gerakan itu hanya sedikit meredakan kondisi genting perusahaan, baik di mata investor maupun pelanggan. Saham BlackBerry pada Senin jatuh sebesar 16,4 persen menjadi $6,49 atau terendah dalam 12 bulan. Harga saham jauh di bawah rencana pembelian saham $9 yang diajukan Fairfax pada September.

Watsa dan eksekutif BlackBerry masih belum mengungkap detail visi perusahaan untuk mempertahankan diri. Apalagi kini, menyusul kejatuhan penjualan model ponsel terbaru dan pasokan kas yang cepat sekali menghilang.

Untuk sementara ini, BlackBerry akan dipimpin John Chen, mantan chief executive perusahaan peranti lunak Sybase Inc. Chen bertindak sebagai CEO interim menggantikan Thorsten Heins, yang dua tahun lalu mengambil alih BlackBerry. 

Di bawah Heins, perusahaan memilih fokus pada seperangkat ponsel terbaru ketimbang menjalin kemitraan atau menjual aset.

Dalam suatu wawancara, Chen mengaku perusahaan tak berencana menutup unit handset. Ia memperkirakan BlackBerry akan pulih dalam paling tidak enam kuartal. 

Ia menilai BlackBerry perlahan-lahan akan menjadi pemimpin dalam layanan yang berfokus bisnis, sesuai pengalamannya kala menjalankan Sybase. Sebelumnya Sybase berhasil menuai keuntungan lewat bisnis software tanpa memiliki unit smartphone.

Meski demikian, dengan infus kas $1 miliar sekalipun, prospek BlackBerry masih suram. Jika tak memperhitungkan dana segar itu, dengan laju pengeluaran saat ini BlackBerry akan kehabisan kas pada akhir tahun mendatang. (*)

Sumber: The Wall Street Journal