Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Polio Hanya Bisa Diatasi Lewat Vaksinasi
Oleh : Redaksi
Kamis | 31-10-2013 | 10:03 WIB

BATAMTODAY.COM, Damaskus - Badan kesehatan dunia, WHO, membenarkan berita tentang wabah polio di Suriah. Padahal negara itu sudah dinyatakan bebas polio sejak 1999. Apa sebenarnya polio dan bagaimana cara mengatasinya?

Polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang menyerang sel saraf di tulang punggung. Akibatnya, penderita bisa lumpuh atau bahkan mati. Sebagian besar korban adalah anak-anak. Jarang ada orang dewasa yang terkena penyakit ini.

Penyakit polio tersebar melalui virus polio. Proses penularan bisa terjadi lewat mulut atau hidung. Tetes liur atau ludah yang sedikit pun sudah bisa menyebarkan virus tersebut. Manusia juga bisa saling menularkan dengan bersentuhan. Dari mulut, virus merambah ke sistem pencernaan, lalu pembuluh darah dan dari sana ke sel saraf.

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus polio tidak menunjukkan gejala khusus. 95 persen pasien polio tidak merasakan perubahan dalam tubuh, sementara antibodi terus terbentuk. 

Jika virus mencapai sistem saraf pusat, otak dan sumsum tulang punggung, bisa menyebabkan kerusakan berat. Virus polio misalnya bisa mengakibatkan radang selaput otak. Kondisi terparah yang dialami sekitar satu persen penderita polio adalah lumpuh, khususnya di bagian kaki.

Biasanya, simtom (gejala) penyakit polio, termasuk kelumpuhan, akan menghilang dengan sendirinya setelah beberapa tahun. Tapi 'kerusakan' pada tubuh bisa terjadi terus-menerus dan mengakibatkan dampak jangka panjang: deformasi tulang, gangguan pertumbuhan, lumpuh, sakit otot, masalah pernapasan, sulit untuk menelan, dan kerap merasa letih.

Perlindungan dari polio hanya bisa diperoleh dari vaksinasi. Sejak awal 1960-an anak-anak memperolehnya sebagai 'sirup vaksinasi' yang diminum. 

Jerman bebas dari polio sejak 1998, sama seperti negara Eropa lainnya. Di seluruh dunia, kelumpuhan pada anak akibat polio berkurang hingga 99 persen sejak akhir 1980. Di beberapa negara lain, khususnya Asia dan Afrika, masih muncul beberapa infeksi baru.

Sebelum kasus terbaru di Suriah, tahun ini polio juga ditemukan di Afghanistan, Nigeria dan Pakistan. Alasan utamanya adalah karena di wilayah tersebut belum semua memperoleh vaksinasi yang dibutuhkan. Sehingga virus bisa kembali tersebar dengan cepat.


Konflik Berkepanjangan

Konflik berkepanjangan menyebabkan munculnya wabah polio di Suriah akibat terganggunya program imunisasi. Spekulasi berkembang mengenai kemungkinan virus ini dibawa para jihadi dari luar Suriah.
 
Penyakit yang membuat penderita mengalami kelumpuhan ini sangat menular, dan berpindah melalui kontaminasi makanan dan air. Polio bisa menyebar dengan cepat diantara anak-anak berusia di bawah lima tahun, khususnya yang tinggal di tempat penampungan sementara yang tidak sehat di Suriah atau kamp-kamp pengungsi yang terletak di dekat perbatasan dengan tetangga.

Dua puluh dua anak di provinsi Deir al-Zor yang berbatasan dengan Irak mengalami kelumpuhan pada 17 Oktober lalu dan laboratorium wilayah WHO di Tunisia telah mengisolasi virus polio liar yang mereka ambil dari 10 anak yang menjadi korban. Hasil pemeriksaan atas 12 anak lainnya akan segera keluar dalam beberapa hari ke depan.

"Dari 22 anak yang diselidiki, 10 orang dipastikan terkena virus polio," kata Oliver Rosenbauer, juru bicara untuk program pengentasan penyakit polio di WHO.

Sebagian besar korban berumur di bawah dua tahun dan dipercaya tidak pernah divaksin atau menerima hanya dosis tunggal vaksin oral, bukan tiga kali vaksinasi untuk memastikan perlindungan tubuh dari polio, kata dia.

Ini adalah wabah polio pertama di Suriah sejak tahun 1999, demikian menurut keterangan badan kesehatan PBB tersebut.

"Imunisasi telah dimulai di daerah tersebut," kata Rosenbauer merujuk kepada wilayah Deir al-Zor.

Kota Deir al-Zor hingga kini berada di bawah kontrol pasukan keamanan pemerintah Suriah, sementara daerah pedesaan di sekitarnya telah jatuh ke tangan kelompok pemberontak yang ingin menjatuhkan presiden Bashar al-Assad.

Anak-anak Suriah tinggal di tempat pengungsian yang kotor dan rentan penularan polio
Sekitar 65.000 anak yang berusia di bawah lima tahun di provinsi Deir al-Zor dianggap rentan terkena wabah polio, demikian menurut perkiraan WHO.

Di seluruh Suriah ada sekitar 3 juta anak yang berumur di bawah lima tahun.

Sebelum konflik, yang diawali aksi damai pada Maret 2011 dan kini berujung perang saudara, 91 persen anak-anak Suriah mendapatkan vaksin untuk melawan sejumlah penyakit termasuk polio. Tapi konflik yang semakin memburuk telah membuat tingkat vaksinasi itu turun menjadi hanya 68 persen.

"Jadi sangat masuk akal bahwa anak-anak harus mendapatkannya (vaksin)."

Polio menyerang sistem saraf dan dan hanya dalam hitungan jam bisa menyebabkan kelumpuhan yang tidak bisa disembuhkan.

Penyakit itu berkembang biak di hanya tiga negara -Nigeria, Pakistan dan Afghanistan-  meningkatkan spekulasi mengenai kemungkinan bahwa virus itu dibawa masuk ke Suriah oleh para jihadi dari luar yang kini bergabung dalam kelompok pemberontak untuk menjatuhkan Presiden Bashar al-Assad.

"Langkah berikutnya adalah melihat secara genetik, virus yang telah diisolasi ini untuk mengetahui dari mana mereka datang. Itu akan memberikan kejelasan mengenai dari mana virus berasal," kata Rosenbauer.

Dengan sekitar 4.000 pengungsi yang meninggalkan Suriah setiap hari, kampanye imunisasi untuk polio dan penyakit anak-anak lain seperti gondok, campak dan rubella -akan diarahkan di beberapa negara tetangga yang menjadi tujuan para pengungsi.

"Tentu saja ini adalah sebuah penyakit yang menular. Dengan perpindahan penduduk maka penyakit itu bisa berpindah ke wilayah lain. Jadi risiko penyakit itu menyebar di seluruh kawasan cukup tinggi," kata Rosenbauer. (*)

Sumber: Deustche Welle