Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lulusan Pascasarjana di Malaysia Pun Cemaskan Pengangguran
Oleh : Redaksi
Senin | 14-10-2013 | 18:59 WIB
images_(12).jpg Honda-Batam
Foto ilsutrasi.

BATAMTODAY.COM, Kuala Lumpur - Ancaman menganggur bagi lulusan perguruan tinggi, ternyata bukan hanya menjadi momok di Indonesia. Sarjana di negeri jiran, Malaysia, juga mencemaskan hal serupa, bahkan dengan kualifikasi pascasarjana sekalipun.

Nor Mohamed Ezzatul Hanani Rosli, 24 tahun, dan Haja Maidin, 25 tahun, fresh graduate di Malaysia, termasuk yang khawatir tentang mendaptkan pekerjaan.

"Kita tidak bisa bersaing dengan meningkatnya jumlah pencari kerja yang berpengalaman. Kami tidak pilih-pilih, tidak pula kami meminta gaji tinggi, karena kita tahu bahwa ada sedikit pekerjaan yang tersedia saat ini," kata Nor Ezzatul seperti dilansir The Star.

Dia mengatakan, beberapa temannya menerima pekerjaan di bidang yang tidak terkait dengan bidangnya dengan gaji serendah RM1.000 demi sebuah pengalaman.

"Saya ingin bekerja di Kelantan di kampung halaman saya, tapi kemungkinan mendapatkan pekerjaan yang sesuai sangat tipis. Saya tahu dari teman-teman, mereka yang kembali ke desa akhirnya hanya melakukan pekerjaan kasar," kata anak kelima dari tujuh bersaudara ini.

Haja setuju, mengatakan ia telah mengikuti empat wawancara beberapa bulan sebelum lulus, tapi belum berhasil mendapat pekerjaan apapun.

"Perpanjangan usia pensiun telah benar-benar mengganggu 'mata rantai kerja' di negara ini karena lulusan segar seperti kami sekarang tak punya tempat untuk bekerja," kata Haja.

Ia mengatakan tanpa pekerjaan, satu-satunya pilihan adalah untuk terus melanjutkan pendidikan. Duo ini lulus dengan gelar master dari Universiti Sains Malaysia bulan lalu.

Seorang sekretaris eksekutif, Jessica Bok, 35 tahun, yang memegang kualifikasi profesional dari Institut Sekretaris Chartered dan Administrators (ICSA), malah menunda rencananya untuk beralih tempat kerja hingga kondisi pasar membaik.

"Aku sudah mencari-cari selama lebih dari satu tahun untuk mencoba sesuatu yang baru seperti bagian komunikasi atau sumber daya manusia. Tapi kali ini hanya tidak benar. Memang sulit, lebih lagi bagi mereka yang baru bekerja," katanya .

Sementara, Presiden The Malaysian Trades Union Congress (MTUC), Khalid Atan, justru menyarankan, fresh graduate harus mempertimbangkan pekerjaan yang tidak berhubungan dengan bidang studi mereka.

"Kekurangan pekerjaan tidak di semua sektor. Lulusan baru harus siap untuk beradaptasi dengan permintaan pasar. Ini bukan masalah Anda telah memenuhi syarat, tapi apa yang sebenarnya Anda bisa lakukan itulah yang penting," katanya seraya menambahkan bahwa anak-anak tidak perlu takut untuk mengubah profesi. (*)

Editor: Dodo