Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

TNI AL Percayakan Plat Baja Krakatau Steel Bangun Kapal
Oleh : Andri Arianto
Senin | 25-04-2011 | 16:22 WIB

Batam, batamtoday - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL) tetap mempercayakan pemenuhan kebutuhan plat kapal produksi kepada PT Krakatau Steel, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)  karena memiliki kredibilitas yang cukup tinggi.

Seiring dengan semangat memajukan produksi dalam negeri, TNI AL tetap mempercayakan kebutuhan aplikasi plat kapal produksi PT. Krakatau Steel. Untuk setiap unit kapal TNI AL memesan plat baja kurang lebih 150 ton.

Demikian dikatakan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono disela-sela peninjauan kapal cepat rudal (KCR) 40 KRI CLURIT-461 yang diresmikan langsung Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di pelabuhan bongkar muat barang, Batu Ampar, Senin 25 April 2011.

Menurutnya, penguatan struktur alat-alat perang RI kini semakin bervariasi. Bahkan, katanya KRI CLURIT-461 tersebut merupakan produksi KCR pertama di Indonesia. PT. Palindo Marine Industry, sebuah perusahaan galangan kapal yang mendapat kesempatan memproduksi kapal perang RI diharapkan TNI mampu menyelesaikan KCR satu lagi yang telah dipesan bersamaan.

Dengan makin lengkapnya alat-alat perang tersebut, Agus berpesan kepada seluruh prajurit agar tetap semangat dan dalam kondisi selalu siaga terhadap ancaman yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi.

"Berbanggalah sebagai seorang prajurit," katanya.

Agus juga mengungkapkan dalam waktu dekat TNI akan menambah peralatan perang yang berteknologi tinggi buatan anak negeri. Seperti kapal penghancur, kapal selam dan pesawat tempur kini telah masuk tahapan pematangan konsep.

"Kita berdayakan industri alat perang nasional," katanya.

Dari sektor pembiayaan, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pemerintah telah cukup siap untuk membiayai sendiri alat-alat perang. hal tersebut katanya cukup menjamin dengan semakin membaiknya pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

"APBN kita tahun ini capai 1200 trilyun. Saya rasa itu cukup untuk membuat alat-alat perang dan belum perlu menggunakan pembiayaan swasta," kata Purnomo memastikan.