Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspadai Bibit Penyakit Sapi Gila di Otak
Oleh : Redaksi
Senin | 30-09-2013 | 12:05 WIB

BATAMTODAY.COM, Florida - Setiap manusia menyandang protein yang menyebabkan penyakit sapi gila atau BSE (Bovine Spongiforme Enzephalopathie), dan penyakit Creutzfeldt-Jakob atau penyakit prion pada manusia. Protein sebenarnya tidak berbahaya. Namun, bentuk dan sifatnya bisa berubah menjadi gumpalan ganas yang menjelajah dan menduduki sel-sel saraf.


Yang fatal adalah protein yang berubah bentuk ini, disebut Prion, kemudian berpindah dari satu sel ke sel lainnya sembari mengubah sel itu menjadi ganas juga. Begitulah prion terus berkembang biak. Bila prion mulai menyerang jaringan otak, maka penyakit itu sudah tidak bisa disembuhkan.

Berada dalam Setiap Orang
Prion pertama kali diamati pada tahun 1980-an terkait dengan penyakit BSE, yang dikenal dengan penyakit sapi gila. Stanley Prusiner yang kemudian memenangkan hadiah Nobel, adalah orang pertama yang menduga bahwa penyakit itu disebabkan oleh protein.

Peneliti Swiss Charles Weissmann, yang bekerja di Institut Penelitian Scripps di Florida mengkonfirmasi hipotesa itu. "Kami memiliki bukti, bahwa protein itu biasanya terdapat juga dalam otak manusia," begitu ungkapnya kepada DW. "Prion itu adalah produk tumpangan. Dan itu baru diketahui".

Kenyataannya siapa saja bisa menderita Ensefalopati Spongiform Subakut atau penyakit Creutzfeldt-Jakob, karena penyebabnya berada dalam setiap orang. Pada dasarnya, jarang sekali protein itu secara spontan berubah ganas. 

"Umumya ada pemicu, benda atau zat dari luar yang menyebabkan terjadinya infeksi. Misalnya, bila memakan daging hewan yang mengidap penyakit sapi gila," kata Weissmann.

Adriano Aguzzi dari Universitas Zürich menemukan, prion yang tadinya bersarang dalam sapi gila itu, kemudian bergerak melalui usus dan limpa ke dalam sistem saraf manusia. Gejala penyakitnya termasuk depresi, demensia dan kesulitan mengontrol gerakan tubuh.

Lebih Tangguh dari Virus dan Bakteri
Prion sangat tangguh dan bisa bertahan hidup pada peralatan kedokteran, meskipun telah dibersihkan dengan desinfektan. "Ada 100 kasus, di mana pasien tertular prion akibat penanganan dokter," papar Weissmann. "Ketika itu, orang belum mengerti sebahaya apa prion itu dan bagaimana membuatnya tidak aktif."

Weissmann menceritakan tentang seorang pasien yang menjalani operasi otak. Pasien tersebut menderita penyakit Creutzfeldt-Jakob. 

Peralatan yang sudah didesinfektasi itu kemudian digunakan dalam sebuah operasi lain. Pasien kedua itu tertular dan kemudian meninggal.

Menurut Charles Weissmann, untuk mematikan prion, peralatan kedokteran harus dipanaskan selama 20 menit pada temperatur 130 derajat selsius. Barulah alat-alat itu akan steril dari prion.

Hingga kini belum ditemukan obat yang menyembuhkan atau melambatkan progresi penyakit Creutzfeldt-Jakob. Meski begitu sejak tahun 2000, jumlah penderitanya terus menurun, antara lain karena penyebab penyakit tersebut sudah lebih dikenal.

Charles Weissman dan Adriano Aguzzi akhir September (24/09/13) menerima penghargaan Hartwig Piepenbrock-DZNE, dan dana senilai 100.000 Euro untuk penelitian mereka. Hadiah ini disponsori oleh grup perusahaan Piepenbrock. Pendiri perusahan itu, Hartwig Piepenbrock menderita demensia dan meninggal dunia bulan Juli tahun ini. (*)

sumber: Deutsche Welle