Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Usia Kawin Muda Meningkat Sebabkan Peningkatan Kematian Ibu Melahirkan
Oleh : Redaksi
Rabu | 25-09-2013 | 17:49 WIB
DSC8232-800.jpg Honda-Batam
Foto ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Angka kematian ibu melahirkan meningkat tajam dalam lima tahun belakangan. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan 2012, angka kematian ibu melahirkan sebanyak 359 per 100 ribu kelahiran hidup, sementara angka kematian ibu melahirkan pada survei 2007 hanya 228 kematian per 100 ribu kelahiran hidup.


"Ini pertanda program yang dijalankan belum sukses dan harus diakui capaian MDGs di luar track," kata Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono, usai peluncuran hasil SDKI 2012, di Jakarta Convention Center, hari ini.

Menurut Agung, program peningkatan kesehatan ibu dan anak belum menjadi prioritas utama di beberapa daerah. Hal ini terlihat dari prioritas anggaran dan program kerja bidang kesehatan di kabupaten/kota yang masih rendah.

Padahal, imbuhnya, sesuai dengan target Millenium Development Goals (MDGs) 2015, angka kematian ibu ditargetkan berada di kisaran angka 102 per 100 ribu kelahiran hidup. Karena itu, target tersebut menjadi utang program besar yang harus segera dibereskan Kementerian Kesehatan dan lembaga terkait. 

"Saya minta Kemenkes dan lembaga terkait segera membereskan koordinasi," terangnya.

Sementara, Kepala Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Anwar Musadad, mengatakan, meningkatnya angka kematian ibu bisa disebabkan oleh meningkatnya usia kawin muda. 

Merujuk hasil SDKI 2012, jumlah remaja usia 15-19 tahun yang sudah melahirkan atau sedang hamil meningkat menjadi 9,5 persen. Sedangkan pada SDKI 2007 angkanya hanya 8,5 persen. 

"Situasi sekarang seperti mundur beberapa tahun di mana usia kawin muda meningkat," terangnya.

Untuk menekan angka kematian ibu, Kementerian Kesehatan akan terus melakukan intervensi kesehatan. Salah satunya dengan memberi terus memberi pemahaman tentang reproduksi sejak remaja. 

"Pengetahuan reproduksi dan gizi remaja menjadi prioritas melalui program UKS dan penyuluhan di sekolah," ujarnya. Kemenkes berharap dengan intervensi dini, para perempuan bisa lebih siap menghadapi persalinan.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan Kementerian Kesehatan. Pembiayaan survei disediakan oleh pemerintah Indonesia. 

ICF International memberikan bantuan teknis melalui program Demographic and Health Surveys (MEASURE DHS), yang dibiayai oleh US Agency for International Development (USAID). Indonesia telah melaksanakan tujuh kali survei demografi dan kesehatan.

SDKI 2012 menyediakan estimasi terbaru dari indikator utama kependudukan dan kesehatan yang tercakup dalam SDKI sebelumnya. Berbeda dengan SDKI sebelumnya yang hanya mencakup wanita pernah kawin berumur 15-49 tahun, SDKI 2012 juga mencakup wanita belum kawin berumur 15-49 tahun.

Di antara wanita yang belum kawin, mereka yang berumur 15-24 tahun ditanya pengetahuan tentang sistem reproduksi manusia; perilaku dalam hal merokok, minum minuman beralkohol, dan penggunaan obat-obatan terlarang; serta pacaran dan perilaku seksual. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah ada dalam kuesioner survei kesehatan reproduksi remaja sebelumnya, yang merupakan bagian dari SDKI 2007.

SDKI 2012 juga mewawancarai pria kawin umur 15-54 tahun dan remaja pria umur 15-24 tahun, yang diberikan pertanyaan yang sama seperti pada remaja wanita umur 15-24 tahun. Bagian SDKI ini disebut komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) SDKI 2012. 

Laporan ini menyajikan gambaran awal dari temuan-temuan terpilih dari komponen KRR SDKI 2012. Analisis lengkap dari data akan dipublikasikan pada bulan Agustus 2013. Meskipun dianggap sementara, hasil yang disajikan dalam laporan ini diharapkan tidak banyak berbeda dengan yang akan disajikan dalam laporan akhir. (*)

Editor: Dodo