Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia Hadapi Kekurangan Pilot di Tengah Booming Bisnis Perjalanan Udara
Oleh : Redaksi
Sabtu | 07-09-2013 | 13:12 WIB

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Indonesia masih menghadapi kekurangan pilot komersial di tengah meningkatnya kebutuhan angkutan udara. Padahal, pertumbuhan transportasi udara di Indonesia tumbuh 20 persen per tahun, akibat liberalisasi industri penerbangan sejak tahun 2.000.

Dikutip dari laman Business Recorder, hari ini, lalu lalang transportasi udara itu telah mengangkut sekitar 70 juta penumpang pada 2012, yang dinilai sebagai tahun pertumbuhan jasa angkutan udara akibat meningkatnya kelas menengah di Indonesia. Belum lagi beberapa maskapai penebangan domestik, berlomba-lomba mengembangkan sayapnya dengan menambah armada-armada baru, seperti Lion Group dan Garuda Indonesia.

Kementerian Perhubungan mencatat, kebutuhan akan pilot komersil di Indonsia diperkirakan mencapai 700 - 800 orang per tahun. Namun, 16 sekolah penerbang dalam negeri belum mampu "mengimbangi" kebutuhan tersebut.

"Sekolah penerbangan di Indonesia tidak bisa bersaing dengan pertumbuhan industri perjalanan udara," kata Ikhsan Amin, Direktur Pengembangan Bisnis di Bandung Pilot Academy.

Keterbatasan pasokan pilot dari dalam negeri ini memaksa maskapai penerbangan mengimpor pilot dari luar negeri, seperti dari negara di Asia, Eripa, dan Amerika Selatan. Sayangnya, yang direkrut, kata Ikhsan, adalah pilot-pilot muda yang bersedia bekerja untuk maskapai Indonesia untuk mendapatkan jam terbang yang tinggi.

"Setelah mereka terbang selama 2.000 jam, mereka biasanya pergi," katanya. 

Dudi Sudibyo, pengamat penerbangan dan pemimpin redaksi majalah Angkasa, mengatakan, pemerintah tidak mengantisipasi pertumbuhan industri penerbangan. "Birokrasi kita berantakan, yang berarti sangat lambat untuk mengejar ketinggalan," katanya. 

Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, mengutarakan, jumlah pilot di maskapainya mencapai 1.200 orang. Meski demikian, hanya 2,5 persen dari jumlah itu yang merupakan pilot impor.

"Indonesia hampir berhenti memproduksi pilot ketika sekolah penerbangan ditutup di tengah krisis ekonomi 1997 - 1998. Tetapi sejak 2004 kami industri penerbangan menjadi booming dan sekolah-sekolah pilot baru telah didirikan," katanya.

Edward mengaku masih optimis dengan pasokan pilot dalam negeri. Pilot asing bisa ditiadakan seluruhnya setelah 2015 karena sekolah penerbangan Lion Air sendiri akan "memproduksi" 200 pilot dalam setahun. (*)

Editor: Dodo