Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Beli Mobil Sekarang Sebelum Harganya Meroket
Oleh : Redaksi
Jum'at | 30-08-2013 | 13:13 WIB
Honda-Brio_2.jpg Honda-Batam
Honda Brio.

BATAMTODAY.COM, Batam - Para produsen otomotif mulai ancang-ancang menaikkan harga mobilnya, setelah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika terus melemah.

Meski begitu mereka masih belum mau terburu-buru memberlakukan tarif baru, lantaran takut para konsumen kaget dan akhirnya kabur.

Toyota Astra Motor (TAM) misalnya, mereka mengaku masih bingung  menaikkan harga. Menurut Presiden TAM, Johnny Darmawan, beberapa pertimbangan terus dipelajari sambil melihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini, terutama sejak menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.

"Untuk harga New Rush (Rp205,6-Rp229,9 juta) belum kita naikkan. Kita masih lihat kondisi dan itu juga berlaku di model lainnya," kata Johnny.

Dia menambahkan, TAM selalu memperhatikan konsumen jika harga mobil jadi naik. Maka dari itu, dia mengklaim TAM tidak akan langsung menaikkan harga jual mobil. "Jadi kalau mau beli mobil mending sekarang saja, karena nanti pasti harganya naik," imbuhnya.

Saran serupa juga diutarakan Endro Nugroho, Direktur Pemasaran 4W PT Suzuki Indomobil Sales. Dia mengatakan agar calon konsumen segera membeli mobil jika sudah punya rencana. "Beli mobilnya sekarang saja, sebelum harga naik," kata dia.

Sama seperti saudaranya Toyota, Astra Daihatsu Motor (ADM) juga memilih tidak menaikkan harga untuk saat ini. Direktur Pemasaran Astra Daihatsu Motor, Amelia Tjandra mengatakan, setiap biaya produksi dari masing-masing Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) berberbeda-beda, sehingga berapa kenaikkan yang ditetapkan pasti tidak sama.

"Harga mobil Daihatsu saat ini masih berdasarkan perhitungan kurs Rp9.300. Tapi kalau terus melemah rupiahnya, kita akan pelajari lagi," imbuhnya.

Sebelumnya, Honda dan Mazda sudah memberi sinyal akan menaikkan harga dari beberapa model yang mereka miliki. Pelaku bisnis mobil di Indonesia memang masih bergantung pada bahan baku impor yang dibeli dengan mata uang asing.

Sumber: VIVAnews