Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Populasi Kupu-Kupu di Eropa Turun 50 Persen
Oleh : Redaksi
Senin | 26-08-2013 | 09:56 WIB
kupu-kupu.jpg Honda-Batam
Ilustrasi kupu-kupu.

BATAMTODAY.COM, Paris - Populasi kupu-kupu padang rumput di Eropa turun hampir 50 persen dalam dua dekade dipicu oleh aktivitas pertanian dan kegagalan mengelola ekosistem padang rumput di Eropa.

Hal ini terungkat dalam laporan European Environment Agency (EEA) berjudul “The European Grassland Butterfly Indicator: 1990–2011″.

Dalam laporan ini tim peneliti mengamati tujuh belas spesies kupu-kupu, terdiri dari 7 spesies umum dan 10 spesies khusus. Dari 17 spesies tersebut, populasi delapan spesies telah mengalami penurunan, dua spesies stabil dan satu spesies naik. Tren untuk enam spesies lain tidak berhasil diidentifikasi.

Menurut EEA, kondisi ini sangat mengkhawatirkan. Secara umum, kondisi habitat padang rumput di Eropa terus mengalami penyusutan. “Jika kita gagal menjaga habitat-habitat ini kita akan kehilangan spesies-spesies ini selamanya. tutur Hans Bruyninckx, Direktur Eksekutif EEA.

Jumlah serangga mencapai dua pertiga jumlah spesies di bumi. Kupu-kupu adalah indikator alami untuk serangga-serangga lain. Kupu-kupu bersama serangga lain, seperti lebah, berperan penting dalam sistem penyerbukan alami yang menyehatkan lingkungan dan menjaga produktivitas industri pertanian.

Namun perubahan iklim dan pola pengelolaan pertanian yang tidak ramah lingkungan, seperti ketergantungan pada pestisida, merusak ekosistem dan sistem penyerbukan alami. Kupu-kupu juga menghadapi ancaman yang sama. Baru-baru ini Uni Eropa dan Amerika Serikat telah mengeluarkan regulasi yang melindungi lebah dari ancaman pestisida.

Ancaman lain adalah alih guna lahan untuk industri pertanian. Lahan pertanian dipersiapkan sedemikian rupa sehingga merusak keanekaragaman hayati yang ada di lokasi tersebut termasuk mengganggu populasi kupu-kupu. Saat lahan pertanian sudah tidak produktif, jumlah lahan-lahan pertanian yang terbengkalai semakin banyak. Hal ini terjadi terutama di wilayah basah dan wilayah pegunungan di sebelah selatan dan timur Eropa.

Solusinya adalah kembali ke tata kelola lingkungan dan pertanian yang ramah alam. Masih adakah kupu-kupu, lebah dan capung di lingkungan Anda?

Sumber: hijauku.com