Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Hutan di Eropa Mulai Jenuh Menyerap Karbon
Oleh : Redaksi
Sabtu | 24-08-2013 | 10:17 WIB
hutan eropa.jpg Honda-Batam
Hutan di daratan Slovakia.

BATAMTODAY.COM, Batam - Hutan adalah paru-paru bumi. Karena hutan, kita masih mendapatkan udara bersih, oksigen yang cukup.

Hutan juga menyerap emisi karbon sehingga bumi untuk sementara ini masih terhindar dari kenaikan suhu dan perubahan iklim yang sangat ekstrem. Namun fungsi hutan dalam menyerap karbon ternyata memiliki batas. Hal ini terungkap dari hasil penelitian terbaru yang dirilis European Forest Institute, pekan ini.

Penelitian yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature ini menyatakan, hutan-hutan Eropa telah berfungsi maksimal dalam menyerap karbon selama berpuluh tahun. Namun sejak tahun 2005, tanda-tanda kejenuhan hutan Eropa dalam menyerap karbon mulai tampak.

Tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Gert-Jan Nabuurs dari Alterra, Wageningen menyatakan, penyebabnya adalah menurunnya kemampuan pohon untuk bertumbuh, tingkat deforestasi dan gangguan alami lain seperti kebakaran hutan, badai dan hama.

Fungsi penyerapan karbon adalah kemampuan untuk menyerap CO2 dari atmosfer. Fungsi ini memeroleh legitimasi melalui Protokol Kyoto dengan diciptakannya program pertukaran emisi karbon (carbon offset).

Nabuurs dan tim – yang meneliti hutan di seluruh wilayah Eropa – menemukan, sejak 2005 volume pohon terus turun. Saat volume pohon turun, kemampuan pohon dalam menyerap karbon juga berkurang.

Temuan ini dihitung berdasarkan nilai volume rata-rata pohon per tahun dikurangi oleh volume rata-rata pohon yang ditebang atau tumbang karena penyebab alami.

Menurut tim peneliti, ada beberapa hal yang memicu terciptanya kondisi ini. Hutan-hutan di Eropa telah semakin matang dan didominasi oleh pohon-pohon tua. Kondisi ini diperparah oleh berkurangnya pasokan nitrogen dari atmosfer dan kelembapan udara pada musim panas akibat pemanasan global.

Fungsi penyerapan karbon juga terus berkurang karena meningkatnya deforestasi – walau sedikit – akibat alih guna lahan untuk infrastruktur dan perluasan wilayah perkotaan. Sehingga kemampuan pohon untuk tumbuh menjadi terbatas.

Penyebab terakhir, pohon-pohon yang menua semakin rentan terhadap kerusakan dan gangguan alam. Pohon-pohon ini kemudian tumbang atau mati, melepaskan karbon kembali ke atmosfer.

Tim peneliti menyatakan, diperlukan perubahan tata kelola hutan untuk meningkatkan kembali volume pohon dan memerlambat kejenuhan kemampuan pohon dalam menyerap karbon. Tidak ada satu solusi untuk semua masalah ini.

Menurut tim peneliti, aksi konservasi hutan harus terus dilakukan, sementara deforestasi harus senantiasa ditekan. Jika semua syarat itu tidak dipenuhi, kemampuan pohon pun akan terus tergerus oleh kondisi lingkungan yang semakin ekstrem.

Sumber: hijauku.com