Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Waspada, Demam Berdarah Melanda Asia Tenggara
Oleh : Redaksi
Selasa | 20-08-2013 | 08:51 WIB

BATAMTODAY.COM, Bangkok - Demam berdarah melanda Asia Tenggara. Para ahli kesehatan menduga musim hujan yang datang beberapa bulan lebih awal memperparah penyebaran nyamuk dan penyakit. Selain itu, suhu di atas normal akibat pemanasan global mendorong perkembangbiakan nyamuk lebih dini.

Selain itu, virus penyebab demam berdarah dianggap telah bermutasi karena menyusul terbangunnya sistem kekebalan di kawasan. Seiring dengan terbawanya virus oleh para pelancong, lebih banyak negara diperkirakan akan terimbas.

Tahun ini, Thailand, Laos, dan Singapura, mengalami kenaikan pesat dalam urusan penularan demam berdarah ketimbang tahun lalu. Sementara itu, Filipina, yang mencatatkan lebih banyak angka kematian, sejauh ini 306, mencatatkan kemajuan dibandingkan catatan kematian akibat demam berdarah sebelumnya sebesar 499 kasus menyusul kampanye pemerintah atas penanggulangan nyamuk.

Meningkatnya angka kematian di Thailand serta Laos mencemaskan para ahli kesehatan. Sebanyak 94 orang meninggal di Thailand, meningkat sebanyak tiga kali lipat dari 32 kematian sebelumnya yang tercatat pada tujuh bulan pertama 2012.

Singapura menghadapi wabah demam berdarah terburuk sepanjang masa. Pemerintah setempat melaporkan kasus kematian kelima tahun ini, tapi mengungkap bahwa perhitungan mingguan --memecahkan rekor sebanyak 842 kasus pada pekan yang berakhir 22 Juni, telah merosot saat pemerintah memperkuat upaya penanggulangan wabah.

Sejauh ini, keadaan jauh lebih baik dari tahun lalu di Vietnam dan Kamboja. Indonesia dan Myanmar tidak memiliki data mengenai kasus demam berdarah serta kasus kematian setelah bulan Maret.

Di bagian lain wilayah Asia, Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan mengalami peningkatan kasus yang sebagian besar terjadi setelah para warganya pulang bepergian dari Asia Tenggara. Cina melaporkan lompatan jumlah kasus, sebagian besar karena puncak kasus terjadi pada Juli lalu di Zhongshan, kota di sebelah selatan provinsi Guangdong.

India melaporkan sebanyak 3.952 kasus pada kuartal pertama 2013, lebih dari dua kali lipat lebih tinggi dari triwulan pertama 2012 yang mencapai 1.579 kasus. Di negeri itu, angka kematian turun dari 12 menjadi tujuh. Penularan di Taiwan dan Australia turun tipis.

Selain menimbulkan masalah pada penderitanya, demam berdarah mengganggu layanan kesehatan dan menimbulkan kerugian. Institut Kebijakan Kesehatan Schneider di Brandeis University, AS memperkirakan pada Februari bahwa beban ekonomi tahunan akibat demam berdarah di Asia Tenggara mencapai nyaris 1 miliar dolar. Indonesia dan Thailand mendapat beban tertinggi. (*)

Sumber: The Wall Street Journal