Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Lion Air Cari Mitra Pelatihan Pilot Internasional
Oleh : Redaksi
Sabtu | 17-08-2013 | 17:23 WIB

BATAMTODAY.COM, Singapura - Lion Air tengah mencari mitra internasional untuk memperkuat fasilitas pelatihan pilot sekaligus memperbaiki kredibilitas global, menyusul rekam jejak keamanan penerbangan yang kerap menuai kritik. Dalam pernyataan Jumat lalu, Lion Air mengaku sedang mencari organisasi yang memiliki sertifikasi Badan Keselamatan Eropa atau Badan Penerbangan Federal Amerika Serikat untuk bermitra dalam pelatihan mereka, yakni Wings Flying School dan Lion Training Centre.


Wings Flying School merupakan wadah pelatihan bagi pilot baru untuk memperoleh izin terbang. Sedangkan Lion Training Centre mengakomodasi pelatihan untuk pilot pesawat berpenumpang, seperti tipe mesin kembar Boeing 737 yang kini diterbangkan Lion Air.

Kualitas pelatihan dan prosedural pilot Lion Air dipertanyakan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) dalam laporan awal investigasi terkait kecelakaan di Bali. Saat itu, pesawat jatuh ke laut, hanya beberapa saat sebelum mencapai landasan bandara internasional Ngurah Rai, Denpasar. 

Jatuhnya pesawat baru jenis Boeing 737-800 pada 13 April itu merupakan insiden Lion Air yang keempat dalam kurang dari dua tahun. Segenap 108 penumpang dan awak pesawat berhasil dievakuasi dan beberapa cedera.

KNKT dalam laporan Mei menyebutkan, Lion Air mesti “menjamin pilot terlatih dengan baik sepanjang program pelatihan awal dan selanjutnya, berkenaan dengan pergantian kendali pada ketinggian kritis atau waktu kritis.”

Lion Air dan sejumlah maskapai lain memiliki rencana besar untuk Indonesia. Pada saat yang sama, standar keselamatan penerbangan dan sistem regulasi Indonesia justru memicu kekhawatiran internasional.

Uni Eropa (UE) menempatkan Indonesia dalam daftar negara serta maskapai yang tak layak terbang pada 2007, sesudah menghadapi serangkaian kecelakaan penerbangan. Sedangkan Lion Air menjadi satu dari beberapa maskapai Indonesia yang masuk daftar larangan terbang UE. Bagaimanapun, Garuda Indonesia sebagai maskapai terbesar Indonesia, Tiger Airways Holdings serta AirAsia Bhd akhirnya terbebas dari larangan.

Seorang juru bicara Lion Air mengatakan, larangan UE tidak memengaruhi operasi maskapai, karena pesawat mereka tidak terbang ke Eropa. Meski demikian, Lion Air menginginkan pengecualian dalam kasus ini. Pasalnya, banyak agen perjalanan Eropa dilarang memesan tiket penerbangan Lion Air akibat larangan itu.

“Kami yakin, kami tak semestinya dilarang (terbang), karena kami menetapkan standar yang lebih tinggi dari yang disyaratkan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara [Indonesia],” paparnya. Ia menambahkan, standar keselamatan Lion Air sesuai dengan norma internasional. (*)

sumber: The Wall Street Journal