Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cina Geser Amerika sebagai Negara Adidaya
Oleh : Redaksi
Jum'at | 19-07-2013 | 14:06 WIB

SHANGHAI - Rakyat Amerika Serikat (AS) dan Cina saling memandang satu sama lain dengan prasangka. Bahkan, menurut survei terbaru, sejumlah negara kini melihat AS mulai kehilangan posisinya sebagai pemimpin ekonomi dan politik dunia dari Cina.

Menurut jajak pendapat yang disebar kepada 38 ribu orang dari 39 negara yang dirilis oleh Pew Research Center pada Kamis (18/7/2013), mayoritas responden di 23 negara menyatakan Cina telah menggantikan atau bahkan menggeser AS sebagai negara adidaya. Para responden dari Cina tidak mempertanyakan dominasi negaranya, tapi responden di AS memiliki jawaban yang terbelah.

Survei Pew menjadi indikasi terbaru yang menunjukkan bahwa dampak global ekspansi ekonomi Cina dalam tiga dekade belakangan serta keterpurukan AS pada 2008, mulai mengubah persepsi mengenai Cina—negeri dengan populasi terbesar di dunia—serta AS—negara dengan tingkat perekonomian tertinggi dunia.

“Kekuatan ekonomi Cina tengah menanjak. Banyak pihak merasa bahwa Cina pada akhirnya akan menggeser AS sebagai negara adidaya,” sebut laporan itu sebagaimana dilansir Wall Street Journal.

Data baru itu memperlihatkan, jumlah warga Amerika yang percaya bahwa AS akan terus mengungguli Cina semakin mengerucut dari 54 persen pada 2008 menjadi 47 persen. Sebaliknya, sekitar dua per tiga responden Cina mengatakan bahwa negaranya telah mengalahkan AS, atau pada akhirnya akan melampaui, sementara 56 persen lainnya mengatakan Cina berhak untuk lebih dihargai.

Selain itu, data Pew menyingkap adanya saling kecurigaan yang kian menajam pada kedua negara. Hanya sekitar 37 persen warga AS memiliki pandangan bagus atas Cina, dan warga Cina yang memiliki pandangan serupa mencapai 40 persen. Bagi kedua negara, persentase itu menurun ketimbang saat Pew menanyakan masalah yang sama pada 2008.

Kurang dari sepertiga responden Cina menyatakan hubungan negaranya dengan AS baik-baik saja, turun dari sebelumnya yang mencapai 68 persen, angka yang nyaris menyamai melorotnya pandangan publik Cina mengenai Presiden AS, Barack Obama.

Sekitar 23 persen responden Cina menggambarkan hubungan AS dengan Cina memburuk. Menurut Pew, Cina adalah satu-satunya negara non-Islam yang lebih dari setengah penduduknya, yakni 54 persen, berpandangan negatif mengenai Amerika.

Namun, menurut survei, Cina masih harus memperbaiki reputasinya. AS masih disukai oleh 63 persen responden di seluruh dunia dan lebih dipertimbangkan untuk menjadi mitra ketimbang Cina, yang hanya memperoleh dukungan dari setengah jumlah responden.

Cina memiliki citra bagus di bidang sains dan teknologi. “Sains dan teknologi adalah kekuatan Cina yang paling dikenal,” demikian simpulan Pew. 

Kedua bidang itu memiliki dampak terbesar di Afrika dan Amerika Latin. Sekita 59 persen responden Afrika memiliki apresiasi atas metode bisnis Cina, tulis Pew.

Prestasi tak lantas membuat Cina terkenal. Pew menangkap adanya ketidaksukaan global atas militer Cina serta kebijakan hak asasi manusia pemerintahnya serta sedikitnya ketertarikan ekspor budaya.

Tidak banyak tempat di dunia yang serentak memiliki sentimen anti-Cina, demikian Pew. Negara itu sedikit populer di antara responden Jepang, 5 persen di antaranya punya pandangan positif. Sebagian besar responden meragukan bahwa Cina akan muncul sebagai negara adidaya. Sementara sentimen responden Jepang muncul karena sengketa wilayah dengan Cina, para responden Jerman berpandangan kurang positif atas Cina meskipun ekspor ke negara itu terhitung tinggi.

Pendukung terkuat Cina di antaranya adalah Malaysia, Pakistan, Kenya, Senegal dan Nigeria di samping Venezuela, Brazil dan Chili. Pada sejumlah tempat di Asia, Afrika dan Amerika Selatan, Cina dianggap sebagai mitra meskipun di banyak negara Cina tidak dianggap sebagai mitra atau lawan. (*)

Editor: Dodo