Pernyataan Pejabat BI Picu Rupiah Terpuruk

Pernyataan Pejabat BI Picu Rupiah Terpuruk

Oleh : Redaksi

Kamis | 18-07-2013 | 21:45 WIB

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Jumat (19/7/2013) diperkirakan kembali melemah. Hal ini akibat respon negatif pelaku pasar setelah muncul pernyataan dari pejabat bank sentral bahwa pelemahan rupiah yang menembus level 10.000 per dolar AS bukanlah sesuatu yang diwaspadai.

"Rupiah diperdagangkan di kisaran 10.050-10.090 per dolar Amerika Serikat (AS)," ujar analis valas Trust Securitis, Reza Priyambada di Jakarta, Kamis (18/7/2013).

Menurut dia, sampai saat ini belum ada sentimen baru yang masuk ke pasar uang. Sentimen yang ada di pasar uang masih sama seperti sentimen yang terjadi sebelumnya.

Artinya, para pelaku pasar masih menanggapi negatif terhadap data-data makro ekonomi, baik itu pertumbuhan ekonomi, inflasi dan defisit neraca perdagangan. "Sentimen negatif masih dominan terjadi di pasar uang. Pelaku pasar saat ini bersikap wait and see menanti arah kebijakan ekonomi pemerintah," tutur dia.

Tekanan terhadap rupiah semakin tidak terhindari setelah muncul pernyataan dari pejabat bank sentral bahwa pelemahan rupiah yang menembus level 10.000 per dollar AS bukanlah sesuatu yang diwaspadai. Kondisi ini membuat pelaku pasar tidak percaya dengan kinerja rupiah karena pernyataan ini memberi sinyal bahwa rupiah masih berpotensi terpuruk ke level pelemahan lagi.

"Banyak statament yang tidak kondusif yang mengubah persepsi pelaku pasar terhadap rupiah," jelas dia.

Selain itu kata dia, ruang bagi penguatan rupiah semakin terbatas karena kepercayaan pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia sekitit berkurang pasca-kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Kenaikan harga energi itu, kata dia, diiringi dengan momentum puasa dan lebaran. Semua itu bisa memicu lambungan inflasi nantinya yang akan dirilis pada awal Agustus.

Situasinya kian memberatkan rupiah setelah muncul statement bank sentral bahwa inflasi masih tinggi sehingga turut menyumbang persepsi negatif pelaku pasar uang. â€œJadi, faktor domestik memberi tekanan terhadap rupiah,â€ ujar dia.

Sehingga tatkala terjadi penurunan nilai tukar dollar AS sebagai dampak dari kebijakan pengurangan stimulus keuangan oleh bank sentral AS (The Fed) tidak memberi pengaruh positif bagi rupiah.

"Selama ekonomi AS tetap berada di jalur ekspansi moderat, rencana penurunan stimulus keuangan akan tetap dilakukan The Fed dan mengarah pada penghentian stimulus di tahun depan," pungkas dia. (*)

sumber: beritamoneter.com

TERKINI
POPULER

Studi Tiru Infrastruktur Gedung Negara, Pemkot Semarang Sambangi BP Batam

Tabligh Akbar Hari Jadi ke-76 Bintan, Habib Ja'far Ajak Masyarakat Teladani Nabi Bangun Kota Madinah

PT Timah Gelar Audit Internal SMKP 2024, Tegaskan Komitmen Keselamatan Kerja di Sektor Pertambangan

PGN Maksimalkan Pemanfaatan LNG Domestik sebagai Penopang Transisi Energi

Menkes Dorong Deteksi Dini dan Inovasi Pengobatan untuk Atasi Kanker Darah di Indonesia

Polresta Tanjungpinang Musnahkan BB Ekstasi 2.001 Butir, Dua Tersangka Terancam Hukuman Mati

Bus Nirwana Garden Terlibat Kecelakaan di Jalan Raya Tanjunguban, Pengendara Motor Terjepit

Kejari Batam Tetapkan 2 Tersangka Kasus Korupsi RSUD Embung Fatimah

Polsek Bintan Utara Tangkap Pelaku Curanmor di Tanjunguban, Barang Bukti Berhasil Diamankan

Bintan Resort Bakal Tambah 20 Hotel dengan Kapasitas 3.000 Kamar dalam 5 Tahun

Jadi Pelangsir Solar Subsidi di Batam, Bonataon Gunakan 13 Fuel Card dengan Untung Rp 2.200 Per Liter

Tokoh Pemuda Bintan Nilai Roby-Deby Pasangan yang Tepat untuk Masa Depan Bintan

Presiden Prabowo Raup Komitmen Investasi USD 8,5 Miliar dari Inggris, Perkuat Optimisme Ekonomi Indonesia

OJK Kepri Gencarkan Literasi Keuangan ke ASN Pemkab Bintan

Direstui OJK, Bank Muamalat Jadi Bank Kustodian Syariah, Apa itu?