Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Meroket Pasca ECB Naikkan Suku Bunga

Euro Salip Dolar AS dan Yen Jepang
Oleh : sumantri
Senin | 11-04-2011 | 08:53 WIB
Sejumlah_Pialang_Saham_Sedang_Mengamati_Pergerakan_Bursa.jpg Honda-Batam

Sejumlah Pialang Saham Sedang Mengamati Pergerakan Bursa

Batam, batamtoday - Nilai tukar euro berada di level tertinggi selama 15 bulan terakhir terhadap dolar AS setelah Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga sejak krisis keuangan tahun lalu. Seperti dikutip Bloomberg, sebuah perusahaan telekomunikasi yang memiliki fokus di bidang bisnis dan finansial, hingga akhir Maret 2011 lalu, Euro naik 1,7% menjadi US$1.448 di New York dari US$1.423. Catatan Bloomberg menunjukkan, pada Januari euro sempat menyentuh level US$1.444. Sementara yen melemah 2,6% menjadi 122,7 euro yang merupakan level terendah sejak Mei 2010. Yen juga kehilangan posisi terhadap dolar AS menjadi US$84,76.

Nilai US$ jatuh selama dua pekan terhadap euri setelah parlemen AS mengalami kebuntuan dalam rancanagan anggaran federal. Selain itu The Fed juga tetap akan membeli treasuries hingga Juni 2011 untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi. Sementara yen melemah karena Bank of Japan menambah dana stimulus ekonomi untuk membantu perekonomian nasional bangkit setelah gempa dan tsunami pada 11 Maret lalu.

"Soal suku bunga telah mendasari permintaan terhadap euro sehingga mengesampingkan dolar. Kita melihat suku bunga AS lebih rendah tetapi pada saat yang sama kita mendapati suku bunga di dunia mengalami kenaikan," kata Ray Attrill, ahli strategi valas di BNP Paribas New York seperti dikutip dari laman bloomberg, pada 23.39 WIB, Minggu 10 April 2011.

ECB telah menaikkan suku bunga acuannya menjadi 1,25% dari 1% pada pertengahan pekan ini. Untuk Bank of Japan sejak 11 Maret lalu telah mengucurkan dana hinga 1 triliun yen atau senilai US$11,8 miliar sebagai pinjaman terhadap perusahaan yang terkena bencana alam tersebut.

Sementara The Fed telah membeli treasuries sejak November tahun lalu mencapai US$512 miliar yang merupakan bagian dari total dana yang disiapkan mencapai US$600 miliar untuk membeli surat utang pemerintah di pasar sekunder.