Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kurangi Polusi PAH Cegah Kanker Paru-Paru
Oleh : Dodo
Sabtu | 06-07-2013 | 11:35 WIB

OHIO - Penelitian terbaru dari Oregon State University (OSU) menunjukkan, mengurangi polusi polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) bisa mengurangi risiko kematian akibat kanker paru-paru.

PAH adalah polutan yang tersusun atas lebih dari 100 bahan kimia. Polutan ini bersumber dari asap buang kendaraan bermotor, pembakaran batu bara dan kayu.

Tim peneliti dari OSU menganalisis informasi yang diperoleh dari 136 negara, yang meliputi informasi tentang indeks massa tubuh (BMI), produk domestik bruto per kapita, harga sigaret, kebiasaan merokok dan jumlah emisi PAH di udara. Risiko terbesar penyakit kanker akibat polusi PAH ini ditemukan di Amerika Serikat dan negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang setara yaitu Kanada, Australia, Perancis dan Jerman.

Tim peneliti menganalisis hubungan antara kesehatan, kekayaan dan tingkat polusi yang memicu kematian akibat kanker di setiap negara. “Setelah menganalisis data dalam skala global, kami menemukan keterkaitan antara emisi PAH, kebiasaan merokok dan kematian akibat kanker paru-paru di setiap wilayah,” ujar Staci Simonich, ilmuwan dari OSU. “Kaitan paling kuat ada di negara dengan status sosial dan ekonomi yang lebih mapan.”

Tim peneliti tidak menemukan keterkaitan antara kebiasaan merokok dan kematian akibat kanker paru-paru di negara berpendapatan tinggi. Hal ini menurut tim peneliti karena kebiasaan merokok yang terus menurun di negara maju.

Sementara di negara dengan tingkat ekonomi yang lebih rendah, mengurangi kebiasaan merokok dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker paru-paru secara signifikan. Hal ini terutama terjadi di wilayah Korea Utara, Nepal, Mongolia, Kamboja, Bangladesh dan masih banyak negara lain.

Tim peneliti menemukan, tingkat kematian akibat kanker di negara-negara miskin tidak terpengaruh oleh faktor harga rokok. Hal ini berarti harga rokok yang masih terjangkau akan meningkatkan risiko kematian akibat kanker paru-paru.

Memerlukan waktu hingga 20 tahun bagi kanker paru-paru agar bisa dideteksi. Di negara miskin umur mereka yang meninggal akibat kanker paru-paru, rata-rata hanya mencapai 54 tahun. Yang lebih membahayakan lagi, tim peneliti dari OSU menemukan, para perokok berat di negara-negara miskin seringkali sudah meninggal terlebih dulu sebelum tumor paru-paru ini bisa terdeteksi.

“Jika tingkat harapan hidup di semua negara ikut diperhitungkan, kita bisa melihat keterkaitan antara emisi PAH dan kanker paru-paru,” ujar Simonich, Profesor Ilmu Lingkungan di OSU. Penelitian berjudul “Association of Carcinogenic Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Emissions and Smoking with Lung Cancer Mortality Rates on a Global Scale,” ini telah diterbitkan dalam jurnal Environmental Science and Toxicology.

Menurut data American Cancer Society, kanker adalah pembunuh nomor dua di dunia. Pasien penderita kanker paru-paru mencapai 12 persen dari seluruh pasien penderita kanker dan menjadi penyebab utama kematian pada laki-laki dan nomor dua pada perempuan.

Sumber: hijauku.com