Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pesan dari Global Power Shift di Turki
Oleh : Dodo
Jum'at | 28-06-2013 | 09:10 WIB
Global-Power-Shift-Hijaukudotcom.jpg Honda-Batam
(Foto: hijauku.com)

ISTANBUL - Berjuang dan menjadi pemimpin untuk generasi mendatang menjadi pesan utama di Morning Plenary, Global Power Shift yang berlangsung Kamis (27/6/2013) di Plennary Room, Istanbul Technical University, Istanbul, Turki.

Pesan ini datang dari dua aktivis yang berbeda latar belakang. Mereka adalah Kumi Naidoo, Direktur Eksekutif Greenpeace International, yang sudah malang melintang dalam berbagai kampanye lingkungan di seluruh dunia dan Christiana Figueres yang saat ini memimpin organisasi dunia United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang tengah berjuang menciptakan kesepakatan global yang mengikat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mencegah kenaikan suhu bumi.

Dalam kesempatan pidatonya, Christiana meminta kepada 600 aktivis dunia yang hadir untuk tidak menunggu, menciptakan perubahan di muka bumi. Ada tiga hal yang disampaikan Christiana. Yang pertama adalah agar semua aktivis perubahan iklim menggunakan kekuatan suara mereka (the power of voice) untuk menyerukan aksi dan solusi perubahan iklim. “Saya tidak melihat alasan mengapa kita tidak turun ke jalan setiap hari menyuarakan krisis ini,” tuturnya.

Pesan kedua, Christiana meminta para pemimpin perubahan iklim (climate leaders) yang hadir untuk memanfaatkan kekuatan mereka dalam memilih (the power of choice) dengan hanya membeli produk yang rendah emisi dan tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi. “Anda adalah generasi yang akan memiliki kekuatan (mengubah) pola pola konsumsi pada masa datang,” tuturnya.

Dalam pesan ketiga, Christiana meminta para pemimpin perubahan iklim yang hadir untuk berjuang dengan tekad dan determinasi (the power of poise), menggabungkan pemahaman atas kebijakan (policy), teknologi dan keuangan (finance). “Interaksi dari ketiga faktor ini adalah pondasi dari perubahan pada masa datang,” tuturnya.

Setelah mengetahui dan memahami ketiga faktor ini menurut Christiana, pemimpin perubahan iklim harus bisa mengidentifikasi siapa yang akan menang dan kalah. Mereka yang kalah akan berjuang memertahankan hak mereka.

Dengan memahami apa yang menjadi landasan perjuangan mereka yang kalah dan tertindas (melalui analisis ketiga faktor tersebut), para pemimpin perubahan iklim (climate leaders) diharapkan bisa memimpin perjuangan yang bisa menciptakan perubahan. “Bersiaplah beraksi dengan tekad dan determinasi, karena generasi mendatang bergantung pada Anda,” tuturnya.

Pesan yang tak kalah kuat datang dari Kumi Naidoo, Direktur Eksekutif Greenpeace International. “Tuhan telah menciptakan bumi dengan berbagai kebajikannya. Bahan bakar fosil disimpan jauh di dalam laut dan bumi, sehingga tidak mungkin manusia mengambilnya tanpa harus bertaruh nyawa,” tuturnya.

Menurut Kumi, hal ini memberikan pesan bahwa pemimpin dunia dunia selama ini telah salah mengarahkan pandangan mereka. “Pemimpin dunia seharusnya tidak terus menerus melihat ke bawah, ke dalam laut dan bumi, namun juga melihat ke atas, memanfaatkan energi matahari dan angin,” ujar Kumi. Kerusakan lingkungan yang muncul akibat eksploitasi bahan bakar fossil ini terus terjadi. Ratusan ribu korban terus berjatuhan setiap tahun. Hutan terus ditebang, lautan terus dicemari. “”Kita telah kehabisan waktu, tak ada lagi waktu untuk menunggu,” tutur Kumi.

Menurut Kumi, tidak akan ada pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja jika bumi telah mati. Bumi kemungkinan akan bertahan, namun nasib generasi mendatang tidak, akibat pemanasan global dan perubahan iklim. Kekeringan, cuaca ekstrem, kenaikan air laut, semua mengancam eksistensi kemanusiaan, tidak hanya dirasakan oleh generasi kini, namun juga generasi mendatang.

“Sering saya tidak bisa tidur pada malam hari, menyaksikan apa yang akan terjadi pada bumi, apa yang akan terjadi pada anak-anak kita nanti,” ujar Christiana. “Lihatlah, pandanglah mata mereka, apa yang akan kita katakan pada mereka nanti, apakah kita sudah melakukan yang terbaik ataukah hanya berdiam diri,” tambahnya.

Mengutip kalimat terkenal Gandhi, Kumi kembali mengingatkan para aktivis untuk berjuang mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim. “Pertama mereka akan mengacuhkan kita, kemudian mereka akan menertawakan perjuangan kita. Mereka lalu akan melawan apa yang kita perjuangkan, namun saat itulah kemenangan sudah dekat,” ujar Kumi. "Yes we can, yes we must, yes we will, fight the climate change!"

Sumber: hijauku.com