Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pejabat dan Mafia Jual Indonesia?

Perbankan Indonesia Dikuasai Asing
Oleh : Tunggul Naibaho
Senin | 04-04-2011 | 12:43 WIB
United_Overseas_Bank_(UOB).jpg Honda-Batam

United Overseas Bank, yang sahamnya kini telah 100 persen dikuasi pemodal Singapura. (Foto: Ist).

Jakarta, batamtoday - Perbankan Indonesia saat ini mulai dikuasai modal asing, dan hal itu sangat membahayakan perekenomian Indonesia, sebab pihak asing akan dapat menentukan suku bunga kredit.

Demikian dikatakan mantan penasehat PM Thailand Thaksin Shinawatra, Justian, seperti dikutip Monitor Indonesia pekan lalu. Menurutnya, merangseknya perbankan asing ke Indonesia juga tidak terlepas dari ulah sekelompok mafia yang sengaja menggerogoti perbankan nasional. Kelompok mafia itu bisa berwajah organisasi, LSM, termasuk pejabat negara. Kelompok inilah yang sebenarnya berperan besar mengarahkan kebijakan nasional.

Selain tidak siap berkompetisi, penggerogotan mafia yang ada di dalam kroni penguasa merupakan penyebab terjualnya Indonesia ke pihak asing,tandas Justiani.

Wanita yang biasa disapa Liem Siok Lan ini menguraikan, kelompok mafia yang secara tidak langsung dipimpin Presiden SBY kemudian ramai-ramai menelantarkan perbankan nasional untuk memudahkan masuknya pengaruh perbankan asing.

Ini bisa dibuktikan oleh tingginya Net Interest Margin (NIM) atau suku bunga bank saat ini. Dalam keadaan krisis ekonomi atau tidak, NIM perbankan nasional terus tinggi. Hal inilah yang semakin memperkuat adanya kartel asing yang menguasai perbankan nasional semakin nyata.

Tingginya NIM juga dipandang Justiani sebagai biang kerok rendahnya daya saing produk yang dihasilkan pengusaha nasional dalam berkompetisi di tingkat global. Bagaimana mau kompetitif, kalau tingkat suku bunga yang harus ditanggung swasta nasional lebih tinggi dibanding dengan pengusaha, misalnya dari China. Maka sangat wajar apabila produk dalam negeri sulit bersaing di tingkat global.

Padahal, perbankan nasional yang akhirnya dikuasai asing sangat berbahaya. Jika bank tersebut bermasalah dan pemiliknya malah kabur, maka rakyat Indonesia dipastikan akan menanggung kerugiannya.

Ini salah urus sebenarnya. Mereka (para petinggi negeri ini) sebenarnya paham, tapi pura-pura tidak tahu. Masalahnya, negara ini juga dipimpin maling kok, imbuh Justiani.

Sehingga, lanjut Justiani, semua sektor dalam negeri pada dasarnya sudah dikendalikan oleh permainan mafia. Sayangnya, Presiden SBY tidak mau bertindak apa pun untuk melindungi kepentingan nasional.

"Kalau SBY tidak mampu, bilang saja tidak mampu,"pungkas Justiani.

Berikut daftar bank-bank nasional yang sudah dikuasai pihak asing:

Danamon (68,83 persen dimiliki oleh Temasek Holding-Singapura),
Bank Buana (61 persen dimiliki oleh UOB Singapura),
UOB Indonesia (100 persen dimiliki oleh UOB Singapura),
NISP (72 persen dimiliki oleh OCBC Singapura),
OCBC Indonesia (100 persen dimiliki oleh OCBC Singapura),

Swadesi (76 persen dimiliki oleh State Bank of India).
Indomonex (76 persen dimiliki oleh State Bank of India),
Nusantara (75,41 persen dimiliki oleh Tokyo Mitsubishi Jepang),
CIMB Niaga (60,38 persen dikuasai oleh CIMB group Malaysia),
Bumiputera (58.32 persen dikuasai oleh Che Abdul Daim Malaysia),
BII (55,85 persen dikuasai oleh Maybank Malaysia),
Haga (100 persen dimiliki oleh Rabobank Belanda),
Rabobank (100 persen dimiliki oleh Rabobank Belanda),

Hagakita (100 persen dimiliki oleh Rabobank Belanda),
Halim Internasional (90 persen dikuasai oleh ICBC Cina),
Swaguna (99,98 persen dikuasai oleh Victoria Australia),
ANK (95 persen dikuasai oleh Commonwealth Australia),
Panin (35 persen dimiliki oleh ANZ Bank Australia),
ANZ Panin Indonesia (100 persen dimiliki oleh ANZ Bank Australia),
SCB Indonesia (100 persen dimiliki oleh Standard Chartered Bank Inggris),

Permata (44,5 persen dimiliki oleh Standard Chartered Bank Inggris),
BTPN (71,6 persen dimiliki oleh Texas Pacific Amerika Serikat),
Bank Ekonomi Raharja (88,89 persen dimiliki oleh HSBC Hongkong).