Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Komposisi Tanaman Prediksi Perubahan Iklim
Oleh : Dodo
Rabu | 10-04-2013 | 10:27 WIB

BATAM, batamtoday - Spesies tanaman adalah penanda yang lebih akurat kondisi kimiawi sebuah ekosistem dibanding kondisi lingkungan lain seperti kontur permukaan, kondisi geologis dan ketinggian.

Kesimpulan ini terungkap dari hasil penelitian Carnegie Institution for Science yang dirilis Senin (8/4/2013) lalu.

Dengan meneliti komposisi tanaman, tim peneliti bisa memrediksi siklus karbon, nitrogen dan nutrisi untuk menganalisis dampak perubahan iklim, penggunaan lahan dan kerusakan lingkungan yang lain.

Tim peneliti dari CIS berhasil mendeteksi kandungan kimiawi berbagai jenis ekosistem melalui pemantauan udara dengan alat pendeteksi kimia baru beresolusi tinggi. Hasil penelitian ini telah diterbitkan dalam jurnal “Early Edition” milik Proceedings of the National Academy of Sciences.

Ada dua target ekologis penting yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini. Yang pertama adalah memahami pola distribusi dan kondisi keanekaragaman tanaman di lingkungannya. Yang kedua adalah memahami cara nutrisi bersirkulasi melalui ekosistem. Kedua target ini menurut tim penting untuk meramalkan perubahan lingkungan pada masa datang, termasuk dampak pemanasan global dan perubahan iklim.

Kyla Dahlin yang memimpin penelitian ini menjelaskan: “Kami menggunakan sistem pemetaan beresolusi tinggi milik Carnegie dan menemukan bahwa tanaman adalah pemrediksi unsur kimia yang lebih akurat dibanding unsur-unsur lingkungan yang lain. Fungsi ini bisa dipakai untuk menjelaskan bagaimana ekosistem bekerja.”

Ekosistem tanaman yang diteliti terletak di Jasper Ridge Biological Preserve di California Utara. Kondisi ekosistem ini cukup lengkap meliputi padang rumput, hutan lestari dan ekosistem lahan basah.

Para peneliti mengukur empat komponen penelitian dari udara yaitu kandungan nitrogen dalam daun, kandungan karbon dalam daun, konsentrasi air dalam daun dan kandungan air dalam kanopi pohon. Mereka lalu menggabungkan faktor-faktor lain seperti kondisi geologis, kontur tanah hingga sejarah pemakaian lahan.

Hasilnya, tim peneliti menyimpulkan, variasi kimiawi dalam komunitas tanaman lebih berperan dalam analisis perubahan iklim, pemanasan global dan kerusakan lingkungan, dibanding faktor-faktor yang lain.

“Teknik pemetaan udara beresolusi tinggi akan berperan penting dalam penelitian ekologis dan ilmu konservasi pada masa datang. Penelitian ini berhasil mengaitkan informasi kimiawi dengan kondisi lingkungan dan keanekaragaman hayati,” tutur Greg Asner, yang turut menyusun penelitian ini.

Sumber: hijauku.com