Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gerindra Minta Polisi Tak 'Hangat-hangat Tahi Ayam' dalam Memberantas Premanisme
Oleh : si
Selasa | 09-04-2013 | 13:03 WIB
martin-hutabarat.jpg Honda-Batam
Anggota Komisi III DPR dari Partai Gerindra.

JAKARTA, batamtoday - Komisi III DPR meminta polisi serius memberantas premanisme, jika tidak ingin kasus penyerbuan yang dilakukan 11 prajurit Kopassus di LP Cebongan yang menewaskan 4 orang preman beberapa waktu lalu, terulang lagi.


"Seharusnya polisi menjadikan peristiwa penyerbuan LP Cebongan sebagai momentum untuk memberantas preman dan para bekingnya," kata Martin Hutabarat, Anggota Komisi III DPR dari Partai Gerindra di Jakarta, Selasa (9/4/2013).

Menurut Martin, pemberantasan premanisme yang mulai marak beberapa hari ini setelah ada intruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) cenderung tidak serius dan kurang konsisten, hanya sekedar 'hangat-hangat tahi ayam'.

"Saya menilai polisi kok tidak konsisten dalam melakukan penegakan hukum terhadap preman, cenderung seperti 'hangat-hangat tahi ayam'. Padahal sekaranglah momentumnya," kata Martin.

Maraknya aksi premanisme, kata Martin, membuat masyarakat merindukan tindakan tindakan tegas dalam memberantas preman dan bekingnya , seperti kebijakan Pembunuhan Misterius (Petrus) di masa pemerintahan Orde Baru lalu. 

Karena itu, begitu 11 prajurit Kopassus membunuh 4 orang preman di LP Cebongan mendapat simpati dari masyarakat luas. Sebab, masyarakat sudah tidak tahan dengan prilaku preman dan para bekingnya. 

"Kita di Komisi III juga memberikan empati kepada Kopassus karena rakyat itu dalam posisi tidak berdaya dan marah pada preman yang leluasa beraksi dibeking-i aparat. Ketika mereka melihat Kopassus bergerak, rakyat merasa terbantu, itu persoalannya. Jadi sekarang seharusnya polisi menjadikan peristiwa ini momentum untuk memberantas preman dan bekingnya," katanya. 

Partai Gerindra, lanjutnya, meminta semua pihak proporsional dalam menyikapi peristiwa Lapas Cebongan. Oknum Kopassus yang sudah mengaku salah jelas harus diberi hukuman setimpal, tetapi preman yang melakukan pengeroyokan jangan terlupakan.

"Saya melihat sendiri rekaman CCTV pengeroyokannya, prajurit sudah teriak saya anggota Kopassus tetapi preman yang berjumlah sekitar 10 orang masih saja memukuli, menusuk sampai tewas," tandasnya. 

Ia meminta kepolisian mendalami informasi yang diperolehnya bahwa  para preman tersebut adalah bagian dari jaringan besar narkoba.

Editor : Surya