Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Muhammad Reza: Saham Sexy Perbankan Plat Merah

Analis Rekomendasi Saham-saham Perbankan Pelat Merah
Oleh : sumantri
Senin | 28-03-2011 | 10:55 WIB
Bank_Mandiri.jpeg Honda-Batam

Bank Mandiri bersama tiga perbankan pelat merah lainnya yaitu BNI, BRI dan BTN termasuk saham-saham yang direkomendasikan. Saham perbankan BUMN masuk kategori 'Sexy'

Batam, batamtoday - Sejumlah analis memperkirakan saham-saham perbankkan 'plat merah' masih menjadi saham pilihan untuk portofolio tahun 2011. Vice President Erdhika Elite Securities Muhammad Reza mengatakan hal ini berdasarkan pertumbuhan kredit hingga kuartal III 2010 sebesar 21,2 persen guna mencapai 22 persen di akhir tahun.Loan to Deposit Ratio perseroan asing-masing Perbankan 'Plat merah' berkisar rata-rata mencapai 77,06 persen 
pada september 2010.





"Tahun 2011 pertumbuhan kredit mencapai 25 persen dan Capital Adequate Ratio atau CAR (Rasio Kecukupan Modal) perbankan BUMN diperkirakan meningkat menjadi 19 persen, terkait rencana rights issue beberapa bank dan Loan To 
Deposit Ratio atau LDR (Rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank-Kamus Perbankan red) tahun 2011 mencapai 85 persen," jelas Reza.

Hal yang sama disampaikan oleh Direktur Utama PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk Jerry Ng. seperti dikutip dari situs kementrian BUMN Senin, 28 Maret 2011, yang menyatakan optimisme tahun 2011 dari sisi ekspansi kredit perbankan BUMN akan melebihi tahun 2010.

"Sepanjang sembilan bulan tahun 2010, ekpansi kredit BTPN mencapai 39 persen," Ujar Jerry.

BTPN saat ini tengah memproses penerbitan saham baru senilai Rp 1,32 triliun. Saham ini akan ditawarkan kepada pemegang saham dengan mekanisme 5:1. Artinya setiap lima saham BTPN yang tercatat berhak atas 1 saham rights issue yang diambil dari portepel.

"Dana hasil rights issue ini akan digunakan untuk menambah modal ditempatkan dan modal disetor perseroan menjadi Rp 113,27 miliar dari sebelumnya Rp 94,39 miliar serta ekspansi kredit. Posisi CAR setelah rights issue diperkirakan  mencapai 22 persen. Saat ini posisi CAR perseroan sebesar 15,2 persen," papar Jerry. 

Sementara itu, Bank Negara Indonesia (BNI) juga berencana melakukan pelepasan saham baru guna meningkatkan rasio kecukupan modal (CAR) hingga diatas 20 persen dari posisi saat ini 12,5 persen. PT Bank Negara Indonesia Tbk (dengan kode emiten BBNI) telah melakukan penerbitan saham baru (rights issue) pada Desember 2010 sebanyak-banyaknya 3.374.716.060. Perseroan melepas saham baru tersebut di posisi Rp 3.100.

Satu lagi bank pelat merah PT Bank Mandiri Tbk juga berencana untuk melakukan rights issue senilai Rp 14 triliun. Kementrian Badan Usaha Milik Negara memperkirakan eksekusi saham baru Bank Mandiri pada kuartal I atau II tahun 2011.

Adapun rasio kecukupan modal sektor perbankan hingga kuartal ketiga 2010 mencapai 18,6 persen lebih tinggi dari tahun 2009 dilevel 17,4 persen. Kepala Riset Bhakti Securities Edwin Sebayang menyatakan, penambahan CAR ini untuk meningkatkan daya ekspasnsi bank itu sendiri.  

"Kredit modal kerja mengalami peningkatan merupakan indikasi ada peningkatan bisnis di sektor riil," ujar Edwin, seperti dikutip kontan, Senin 28 Maret 2011.

Kemudian, Riset Bhakti Securities merekomendasikan empat perbankkan BUMN sebagai pilihan portofolio tahun 2010. Antara lain Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Negara Indonesia (BBNI), dan Bank Tabungan 
Negara (BBTN).

"Fokus pada kredit sektor mikro dengan jaringan luas dan tersebar di seluruh Indonesia, ," kata Edwin.

Bank Rakyat Indonesia misalnya sebagai bank dengan portofolio kredit terbesar dan meraih laba besar terbesar di Indonesia. BRI juga berencana untuk mengeluarkan obligasi subdebt guna mempertahankan posisi CAR sebesar Rp 3 

triliun dan menurunkan pembayaran dividen menjadi maksimal 30 persen, sepanjang tahun buku 2011.  Meski begitu sektor ini rentan terhadap kenaikan suku bunga perbankkan. Seiring dengan pemulihan ekonomi global dan peningkatan ekspektasi inflasi, Bank Indonesia (BI) akan mulai merevisi suku bunga acuan, atau yang dikenal sebagai BI Rate. Kebijakan suku bunga acuan sangat ditentukan oleh laju inflasi.