Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jadi Ketua Umum, Ketua Majelis dan Ketua Dewan Pembina

SBY Tegaskan Tugasnya sebagai Presiden Tak akan Terganggu
Oleh : si
Sabtu | 30-03-2013 | 20:47 WIB

DENPASAR, batamtoday - Presiden RI Susilo Bambang Yudhyono (SBY) menegaskan, meski dirinya memegang tiga jabatab di Partai Demokrat, tugasnya sebagai Kepala Negara dan kepala pemerintahan tidak akan terganggu.



"Tugas saya sebagai Presiden akan tetap berjalan," tegas SBY saat pidato perdana sebagai Ketum PD dalam Kongres Luar Biasa PD di Hotel Inna Grand Bali Beach, Denpasar, Bali, Sabtu (30/3/2013).

SBY mengajukan 2 syarat untuk menjadi Ketum PD. Pertama, jabatan Ketum PD sifatnya benar-benar sementara. Hanya sebagai upaya penyelamatan dan konsolidasi partai.

"Waktunya paling lama 2 tahun. Bahkan jika dapat, segera setelah pemilu selesai. Berarti 1,5 tahun dari sekarang. Setelah itu kita laksanakan kongres reguler untuk memilih ketum definitif, siklus 5 tahunan. Jadi saya siap menjalani tugas ini sampai 1,5 tahun, maksimal 2 tahun," ujar SBY.

Kedua, lanjut SBY, berhubung harus konsentrasi, fokus, mengerahkan pikiran dan tenaga menjalan roda dan tugas kenegaraan, maka tidak akan menjalankan tugas sehari-hari PD.

"Oleh karena itu tugas sehari-hari akan saya tugaskan kepada pengurus harian yang akan diketuai ketua harian yang akan kita angkat. Pada hakikatnya hampir semua tugas yang dulu dilaksanakan ketua umum itu akan dilakukan pengurus harian yang dipimpin ketua harian," jelas SBY.

Dipaparkan SBY, ada hal strategis yang diatur UU untuk dilakukan Ketum, seperti menyerahkan Daftar Caleg Sementara dan Daftar Capres-cawapres. Tapi tugas sehari-hari akan dilimpahkan pada pengurus harian.

"Menghadapi pemilihan umum, Dewan Pembina juga harus berfungsi dengan aktif. Oleh karena itu, saya harus mengonsentrasikan waktu, tenaga, pikiran saya, akan saya angkat Ketua Harian Dewan Pembina, bersama DPP menjalankan tugas dan fungsi," ucap SBY.

Masih satu lagi, sambung SBY, yakni Majelis Tingi. Dirinya akan akan menugasi Wakil Ketua Majelis tinggi untuk lebih aktif. Akan diangkat siapa yang menjadi wakil.

"Saya mendapatkan penjelasan kedua persyaratan itu bisa diterima dan saya sampaikan terima kasih. Saya tetap bertanggung jawab pada partai ini. Tapi berikan saya kesempatan menuntaskan tugas sebagai Presiden," katanya.

SBY mengatakan,  tidak mudah bagi dirinya untuk menerima jabatan Ketua Umum Partai Demokrat. Untuk menerima jabatan itu, SBY harus mengambil berbagai risiko.

SBY mengaku sejak 2 bulan lalu telah berusaha melakukan konsolidasi dengan Anas Urbaningrum yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum Demokrat. Dia ingin menyelamatkan Demokrat supaya tidak semakin terpuruk.

"Namun saya telah diserang, dikritik, dikecam oleh banyak pihak," katanya.

SBY menambahkan, di antara berbagai kritik dan serangan itu antara lain menilai dirinya tidak akan fokus pada pemerintahan jika menjabat sebagai Ketua Umum Demokrat. Selain itu, SBY juga dinilai masih menginginkan kekuasaan lain.

"Itulah yang saya rasakan. Sudah jatuh ketimpa tangga, sudah Demokratnya kena musibah, sedang ingin konsolidasi dengan Pak Anas, saya dapat kritik seperti itu," katanya.

Di tengah dilema itu, SBY mengaku punya 2 pilihan. Pertama, tidak bersedia menjadi Ketua Umum Demokrat dengan risiko partainya masih menghadapi masalah. "Padahal bulan depan masuk proses pemilu. Aman bagi saya, belum tentu aman bagi Demokrat," tutur dia.

Pilihan kedua, sambung SBY, bersedia jadi Ketua Umum Demokrat. Dengan risiko dikritik oleh kalangan tertentu. "Terus terang, untung dan rugi, saya tidak aman. Tapi partai kita bisa maju lagi," katanya.

Sebagai seorang pemimpin, kata SBY, dirinya harus memilih. Setelah menyampaikan sejumlah syarat kepada peserta KLB melalui EE Mangindaan, SBY akhirnya memutuskan bersedia menjadi Ketua Umum Demokrat.

"Saya putuskan biarlah saya dikritik dan diserang, daripada Demokrat tetap diserang. Tapi dengan pikiran bulat saya terima dan akan berjuang bersama-sama dengan saudara," ujarnya.

Namun, SBY mengaku tidak pernah berkeinginan menjadi Ketua Umum Partai Demokrat menggantikan Anas Urbaningrum, dan lebih memilih menjadi Ketua Dewan Pembina.

"Mengapa saya punya pendirian seperti itu, saya benar-benar ingin fokus dan memprioritaskan segalanya untuk menjalankan roda pemerintahan sebagaimana saya jalankan selama 8,5 tahun ini," katanya.

Namun, peserta KLB berkehendak lain. Peserta KLB secara bulat memilih Ketua Majelis Tinggi itu sebagai Ketua Umum Demokrat yang baru. Dan SBY pun menyanggupinya.

Alasan SBY untuk tidak menjadi Ketua Umum Demokrat tidak hanya ingin fokus pada pemerintahan saja. Alasan lainnya, SBY ingin Demokrat tidak hanya bergantung pada satu figur saja.

"Saya juga ingin partai ini jangan hanya bergantung pada figur perseorangan, figur SBY. Justru semakin ke depan saya harus menghilang pelan-pelan," katanya.

SBY menambahkan, partai modern tidak boleh bergantung pada figur tertentu. Partai modern harus berangkat dari platform, idealisme, dan mesin partai yang efektif.

"Sekali lagi, tidak boleh bergantung pada perseorangan," ujar SBY yang baru saja dipilih sebagai Ketua Umum Demokrat itu.

Editor : Surya