Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kawasan Suaka Alam Cegah Deforestasi
Oleh : Dodo
Kamis | 14-03-2013 | 10:18 WIB
taman_nasional_gunung_leuser.jpg Honda-Batam
Taman Nasional Gunung Leuser.

BATAM, batamtoday - Kawasan suaka alam, seperti taman nasional dan cagar biologi, yang melindungi wilayah hutan secara ketat dari perusakan, lebih sukses mencegah deforestasi di hutan Amazon dibanding kawasan suaka lain yang masih mengizinkan penebangan hutan dan pemanfaatan sumber daya alam secara terkontrol.

Temuan ini terungkap dari hasil penelitian University of Michigan yang diterbitkan Senin (11/3/2013). Menurut tim peneliti, kawasan suaka yang diciptakan khusus untuk melindungi hak dan ekonomi masyarakat adat, berkinerja lebih baik dalam melindungi hutan, terutama di wilayah dengan ancaman deforestasi yang tinggi.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences ini dipimpin oleh Christoph Nolte, kandidat doktor di School of Natural Resources and Environment, University of Michigan dibantu Arun Agrawal, ahli sumber daya alam di SNRE.

Menurut tim peneliti, dahulu, banyak pengamat yang berpendapat, jika masyarakat adat diberikan hak atas lahan dan otonomi untuk mengelolanya, kerusakan hutan akan terjadi lebih cepat karena masyarakat adat menggantungkan ekonomi mereka dari sumber daya alam.

“Pendapat ini terbukti keliru,” ujar Agrawal. “Lahan yang dikelola oleh masyarakat adat terbukti lebih lestari, memiliki tingkat deforestasi yang lebih rendah dibanding wilayah lain.”

Setelah memeroleh sorotan dari dunia internasional akibat tingginya angka deforestasi di Amazon pada periode 2000 dan 2005, Brasil berhasil mengurangi angka deforestasi secara signifikan dalam 5 tahun terakhir.

Peran kebijakan dan ketegasan pemerintah Brasil dalam menegakkan hukum lingkungan, termasuk memerluas dan memerkuat jaringan suaka alam penting dalam menyukseskan program ini. Pencegahan deforestasi ini adalah bagian dari upaya melindungi keanekaragamanhayati dan mengurangi emisi karbon di hutan Amazon yang luasnya mencapai 5,18 juta kilometer persegi.

Tim peneliti menggunakan data-data terbaru dari 292 wilayah suaka hutan Amazon dan data-data statistik guna menganalisis efektivitas perlindungan kawasan hutan di masing-masing wilayah suaka. Mereka menganalisis tiga kategori wilayah suaka yaitu: hutan alam, hutan produksi/konversi dan wilayah adat.

Wilayah hutan alam yang dilindungi secara ketat – seperti taman nasional, pusat penelitian biologi dan suaka alam – secara konsisten berhasil menghindari ancaman deforestasi dibanding wilayah hutan produksi atau konversi yang masih mengijinkan penggunaan sumber daya alam dan alih guna lahan, seperti untuk wilayah pertanian dan pemukiman.

Dulu, upaya perlindungan hutan secara ketat masih dianggap kontroversial, terutama saat kebutuhan akan lahan naik, sehingga deforestasi terus terjadi. “Hal ini terutama terjadi di wilayah yang dekat dengan wilayah perkotaan atau wilayah pertanian,” ujar Nolte. “Kini, berdasarkan pengamatan kami, kebijakan tersebut tidak lagi menjadi kontroversi,” ujarnya.

Menurut tim peneliti, saat hutan lestari, ratusan juta masyarakat yang hidup di daerah tropis, termasuk masyarakat adat, akan merasakan manfaatnya, termasuk menikmati manfaat ekonomi.

Sumber: hijauku.com