Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pangeran William Dukung Pelarangan Gading Gajah
Oleh : Dodo
Selasa | 05-03-2013 | 09:19 WIB
pembantaian_gajah.jpg Honda-Batam
Aktivitas pembantaian gajah Afrika di Kenya. (Foto: National Geographic).

BANGKOK, batamtoday - Gading gajah menjadi alasan utama perburuan gajah di Asia dan Afrika yang berujung pada turunnya populasi gajah secara drastis.

Bisnis jual beli dari cula badak dan gading gajah sudah mencapai titik yang mengejutkan. Dibutuhkan tindakan global untuk mencegah hal ini terus berlanjut.

Demikian disampaikan Pangeran William dalam rekaman video di pembukaan Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Flora dan Fauna Terancam Punah (CITES) di Bangkok, Thailand, Minggu (3/3). Thailand, sebagai tuan rumah penyelenggaraan, merupakan salah satu negara yang paling disorot mengenai perdagangan gading.

Dalam laporan investigatif National Geographic oleh Bryan Christy dalam edisi Oktober 2012, Thailand memiliki pemahat gading paling ternama di Phayuha Khiri dan Surin. Ukiran Phayuha Khiri didirikan oleh seorang biksu yang senang mengukir jimat gading.

Didapati bahwa para biksu memberikan jimat sebagai imbalan untuk sumbangan. Semakin besar sumbangan, semakin indah jimat yang diberikan. Menurut Kruba Dharmamuni yang dijuluki "Biksu Gajah", gading dapat mengusir roh jahat.

Namun, Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra menyatakan bahwa negaranya akan menetapkan undang-undang yang melarang perdagangan gading lokal.

"Ini akan melindungi segala macam bentuk dari gajah, termasuk gajah liar dan yang sudah didomestikasi, serta gajah dari Afrika," ujar Shinawatra juga dalam pembukaan CITES.

Meski demikian, langkah PM rupawan Thailand ini masih diragukan para pegiat lingkungan. Dikatakan Carlos Drews, Kepala Delegasi WWF di CITES, Shinawatra harus membuat batasan waktu yang jelas mengenai pelarangan ini.

"Ia juga harus memastikan larangan itu diterapkan karena pembantaian gajah terus berlanjut," kata Drews.

Sumber: National Geographic Indonesia