Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kedepankan Sikap Arogansi

IPW Desak Polri Ditempatkan di bawah Kemendagri
Oleh : si
Senin | 18-02-2013 | 16:04 WIB
neta_spane.jpg Honda-Batam

Neta S Pane, Ketua Presidium Indonesia Police Watch

JAKARTA, batamtoday - Kekacauan dalam peluncuran buku “Negeri Pelangi” di Cafe Teebox di Jakarta Selatan adalah akibat sikap ugal-ugalan polisi yang tidak mau profesional.



Berkaitan dengan itu Indonesia Police Watch (IPW) mendesak Kapolri Jenderal Timur Pradopo segera mencopot Kapolres Jakarta Selatan serta meminta maaf kepada para musisi, khususnya komunitas musik reggae.

Demikian disampaikan Ketua Presidium IPW, Neta S. Pane dalam keterangan persnya di Jakarta, Senin (18/2/2013).

“Sangat ironis peluncuran buku yang nota bene adalah kegiatan budaya dan didukung Deplu ternyata diprovokasi aparat kepolisian hingga kacau dan mengakibatkan sejumlah orang pingsan karena tembakan gas air mata polisi,” kata Neta.

IPW berharap Deplu memprotes tindakan anarkis polisi ini. Apa yang dilakukan polisi tersebut nyata-nyata sebagai tindakan tidak berbudaya, represif dan penonjolan arogansi.

“Yang tidak bisa dipahami aksi bar-bar itu dilakukan di depan Polres dan terjadi di Jakarta sebagai pusat ibukota negara. Peristiwa ini semakin menunjukkan bahwa Polri gagal mereformasi diri dan hanya mengedepankan sikap arogan serta sok kuasa,” sambungnya.

“Jika cara-cara seperti ini terus ditonjolkan Polri, lebih baik Polri segera ditempatkan di bawah Kemendagri agar ada upaya kontrol yang maksimal terhadap sikap, perilaku dan kinerja kepolisian,” tambahnya.

Selain itu, IPW juga mendesak Kapolri agar menurunkan Propam Mabes Polri untuk mengusut kasus ini sehingga Kapolres Jaksel dan perwira yang bertanggung jawab lainnya diperiksa serta segera dicopot dari jabatannya.

“Jika dalam kegiatan budaya saja polisi represif, bagaimana dengan kegiatan lainnya,” demikian Neta.

Seperti diketahui, seniman reggae Ras Muhammad menggelar peluncuran buku di kafe Tee Box, Panglima Polim Jakarta Selatan, Minggu (17/2) malam.  Peluncuran buku tersebut menjadi ricuh karena pengunjuk membludak, tidak bisa masuk.  Polisi sempat menembakkan gas air mata untuk membubarkan pengunjung. 

Kapasitas kafe tersebut hanya bisa menampung 300 tamu. Sedangkan jumlah pengunjung yang datang mencapai 1000. Panitia kemudian melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian. Alasannya karena pihak keamanan kafe tidak mampu meredam jumlah massa yang berjumlah sekitar 1000 orang.

Namun, kericuhan makin menjadi-jadi karena polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjung. Sejumlah pengunjung mengalami luka-luka dan terjebak di ruangan kafe Tee Box.


Editor: Surya