Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Timbulkan Semangat Juang
Oleh : hz/si
Jum'at | 15-02-2013 | 12:02 WIB

BATAM, batamtoday - Senator asal Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) Aida Ismeth mengatakan, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW untuk mengembalikan semangat juang kaum muslimin.



Selanjutnya dapat menumbuhkan semangat jihad umat Islam sebagai  sebagai bentuk upaya untuk mengenal akan keteladanan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran agama Islam.

Hal itu disampaikan Aida saat menggelar peringatan Maulid Nabi Muhammad SWA bersama ribuan mahasiswa Universitas Riau Kepulauan (Unrika) Batam awal pekan ini di Batam.

“Sepanjang catatan sejarah, Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin besar yang sangat luar biasa dalam memberikan teladan agung bagi umatnya. Karena itu, dengan momentum Maulid Nabi Muhammad SAW ini, merupakan momentum bagi mahasiswa untuk melakukan perubahan dan perbaikan akhlak pribadi dan bangsa ini ke depan,” kata Aida.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal diperingati umat Islam di seluruh dunia itu,  kata Aida, merupakan warisan peradaban Islam yang dilakukan secara turun temurun.

Dalam catatan historis, Maulid Nabi Muhammad dimulai sejak zaman kekhalifahan Fatimiyah di bawah pimpinan keturunan dari Fatimah az-Zahrah, putri Nabi Muhammad SAW. Perayaan ini dilaksanakan atas usulan panglima perang, Shalahuddin al-Ayyubi (1137M-1193 M), kepada khalifah agar mengadakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Dalam konteks ini, terang Aida, Maulid harus diartikulasikan sebagai salah satu upaya transformasi diri atas kesalehan umat.

Yakni, sebagai semangat baru untuk membangun nilai-nilai profetik agar tercipta masyarakat madani (civil society) yang merupakan bagian dari demokrasi seperti toleransi, transparansi, anti kekerasan, kesetaraan gender, cinta lingkungan, pluralisme, keadilan sosial, ruang bebas partisipasi, dan humanisme.

“Dalam tatanan sejarah sosio antropologis Islam, Nabi Muhammad SAW dapat dilihat dan dipahami dalam dua dimensi sosial yang berbeda dan saling melengkapi. Mahasiswa, harus bisa memahami keduanya agar bisa menjadi generasi pemimpin bangsa ini dalam melakukan perubahan kearah yang lebih baik,” katanya.

Sementara itu, Ustadz Jamaludin Nur dalam tausiahnya menyampaikan, salah satu hikmah dari peristiwa Maulid Nabi Muhammad SAW yang perlu kita renungkan adalah lahirnya seorang pemimpin yang terpercaya dan menjadi rahmatan lilalamin dengan akhlak yang penuh dengan etika. Sehingga, dapat mengubah perilaku masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang berakhlak, sehingga tercipta kebersamaan dan keharmonisan di dalam kehidupan bermasyarakat.

“Pertama, dalam perspektif teologis-religius, Nabi Muhammad SAW dilihat dan dipahami sebagai sosok nabi sekaligus rasul terakhir dalam tatanan konsep keislaman. Hal ini memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok manusia sakral yang merupakan Wakil Tuhan di dunia yang bertugas membawa, menyampaikan, serta mengaplikasikan segala bentuk pesan “suci” Tuhan kepada umat manusia secara universal,” ujarnya.

Kedua, jelasnya, dalam perspektif sosial-politik, Nabi Muhammad dilihat dan dipahami sebagai sosok politikus andal. Sosok individu Nabi Muhammad SAW ini, terangnya, identik dengan sosok pemimpin yang adil, egaliter, toleran, humanis, serta non-diskriminatif dan hegemonik, yang kemudian mampu membawa tatanan masyarakat sosial Arab kala itu menuju suatu tatanan masyarakat sosial yang sejahtera dan tentram.

“Sudah saatnya bagi kita untuk mulai memahami dan memperingati Maulid secara lebih mendalam dan fundamental. Sehingga kita tidak hanya memahami dan memperingatinya sebatas sebagai hari kelahiran sosok nabi dan rasul terakhir yang sarat dengan serangkaian ritual-ritual sakralistik-simbolik keislaman semata. Namun, kita harus bisa menjadikannya sebagai contoh kelahiran sosok pemimpin yang bisa diterima semua umat manusia,” katanya.