Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menilik Kabinet Lis-Syahrul (Bagian I)

Inilah Pimpinan SKPD yang Harus Dievaluasi Lis Darmansyah
Oleh : chr/dd
Rabu | 30-01-2013 | 14:56 WIB
Lis-Darmansyah.gif Honda-Batam

PKP Developer

Wali Kota Tanjungpinang, Lis Darmansyah.

TANJUNGPINANG, batamtoday - Sejumlah pejabat di Pemerintah Kota Tanjungpinang saat ini mulai kasak-kusuk menyikapi rencana Wali Kota Tanjungpinang Lis Darmansyah yang akan merombak kabinetnya pada awal masa jabatannya.


Tentunya ada yang senang, namun tidak sedikit yang gamang atas posisinya yang terancam tergusur. Tidak terkecuali pejabat SKPD setingkat kepala dinas, kepala bagian dan kepala kantor di lingkungan Pemko Tanjungpinang.

Bagi yang loyal dan memiliki kontribusi saat Pilwako, tentu akan mendapatkan upah jerih payah dari wali kota terpilih. Sementara yang sebelumnya tidak mendukung, dimungkinkan akan tersingkir dari jabatannya.

Dari isu yang berkembang, saat ini secara diam-diam Wali Kota Lis Darmansyah dan Wakil Wali Kota H. Syahrul sudah mulai memindai sejumlah pejabat yang akan duduk dalam kabinetnya di tahun pertama kepemimpinannya.

Dari 38 unsur pimpinan SKPD setingkat eselon II dan III di Pemerintah Kota Tanjungpinang, terdengar informasi 75 persen diantaranya akan diganti. Sementara, 25 persen sisanya akan tetap dipertahankan, termasuk mereka yang selama ini netral dan profesional serta memiliki dedikasi sebagai seorang pamong dan pelayan masyarakat.

Menanggapi rencana perombakan pimpinan SKPD di Tanjungpinang, Ketua LSM ICTI (Investigation Corruption Transparant Independent) Tanjungpinang, Kuncus Simatupang, menilai sudah sangat tepat. Apalagi, jika dilihat selama ini kredibilitas dan kinerja kepala SKPD di Pemko Tanjungpinang hampir 70 persen tidak berasal dari latar belakang pendidikan dan disiplin ilmu yang tepat. Kuncus juga menilai penempatannya sarat dengan nepotisme dan unsur kedekatan.

"Sejumlah kepala dinas, kepala bagian, kepala sub bagian hingga kepala seksi di Pemerintah Kota Tanjungpinang, yang saat ini menjabat karena unsur kedekatan. Kebanyakan masih saudara wali kota dan wakil wali kota sebagai pemegang kebijakan. Sehingga tidak jarang seseorang yang sebelumnya hanya sebagai guru SD dapat mengemban jabatan kepala dinas," sebut Kuncus.

Fakta ini, tambah Kuncus, mengisyaratkan kalau pelaksanaan seleksi yang dilakukan Baperjakat Pemko Tanjungpinang hanya sebatas formalitas yang juga menghabiskan anggaran.

"Selain tidak mempertimbangkan profeionalisme, kredibilitas serta kepangkatan dan disiplin ilmu yang dimiliki calon kepala SKPD, ada dugaan kalau kepala daerah terkesan mengomersilkan jabatan kepada orang tertentu. Dengan harapan, setiap pejabat yang diangkat dapat menjadi mesin ATM yang akan mengondisikan setoran dari sejumlah proyek yang dikelola pemerintah dari APBD," ujarnya.

Akibatnya, pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai pelayanan, tidak jarang terabaikan hingga membuat masyarakat kecewa.

Dia mencontohkan jabatan sekretaris kota, yang sebenarnya bisa diangkat secara defenitif, tapi malah menempatkan pejabat Plt hingga empat kali. Kendati ada pejabat yang sudah senior dan mumpuni, tetapi karena kurang loyal dan royal, mereka disingkirkan hingga akhirnya pensiun muda.

Demikian juga sejumlah kepala dinas yang menjabat, banyak yang tidak memiliki kinerja yang baik, bahkan tidak mau tahu dengan tugas dan fungsinya.

Sebut saja Kepala Dinas PendidikanTanjungpinang, Syafrial Evi. Kendati memiliki latar belakang seorang akademisi, namun selama dua tahun kepemimpinannya, setelah menggantikan Ahadi, pendidikan di Tanjungpinang tidak ada peningkatan ke arah yang lebih cemerlang.

"Yang lebih parah, selama 17 tahun Suryatati dengan kepala dinasnya yang gonta-ganti menjabat, Indek Prestasi Manusia yang melek pendidikan bahkan yang buta aksara, tidak bisa dituntaskan," kata Kuncus.

Tidak jauh beda dengan Kepala Dinas Kesehatan Ahmad Yani. Kepala dinas yang menyandang gelar dokter kesehatan lingkungan ini, dengan berani secara blak-blakan mengatakan kalau dirinya wajar mendapat 5 persen dari setiap kegiatan dan proyek di dinas yang dikelolanya.

"Pejabat yang mematok persentase pendapatan dari setiap kegiatan proyek di lingkungan kerjanya sangat tidak layak untuk mejabat sebagai kepala dinas," tegas Kuncus lagi.

Hal yang sama juga disampaikan Ketua Dewan Pengawas LSM Kepri Corruption Watch (KCW), Laode Kamaruddin. Ia mengatakan, ketidakprofesionalan kepala dinas juga terjadi pada Dinas PU Tanjungpinang. Yuswandi, yang notabene bergelar Sarjana Hukum, sangat tidak layak memangku jabatan sebagai Kepala Dinas PU, mengingat disiplin ilmu yang dimiliki bukan merupakan serjana tehnik, yang mengerti dengan konstruksi dan tata kelola pembangunan kota.

"Karena bukan dari serjana tehnik, lihat saja semua kegiatan proyek pembangunan jalan dan sarana prasarana di Kota Tanjungpinang, hancur tidak karuan. Banjir, gedung tak selesai, pembangunan tepi laut terkendala, bahkan sejumlah proyek multiyears yang asal dibangun dan dikatakan sudah siap, dalam kurun waktu 5 tahun mendatang akan terancam hancur," ungkapnya.

Demikian juga dengan Kepala Dinas KP2KE, yang menurut Laode, tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur pertambangan di Tanjungpinang. Akibatnya, semua hutan dan lahan di Tanjungpinang saat ini hancur dijadikan lokasi pertambangan, mulai dari yang ilegal hingga yang memiliki Izin Usaha Pertambangan. Sementara kontribusi PAD dan efek positif yang dirasakan masyarakat hingga saat ini tidak ada.

"Selama ini, Kepala Dinas Pertambangan dan BLH Tanjungpinang, cenderung membiarkan pelaksanaan tambang ilegal yang merusak lingkungan. Hingga dalam tiga tahun pelaksanaan pertambangan bauksit di Tanjungpinang hanya menghasilkan limbah dan kubangan bekas teling tambang bauksit yang ada," sebutnya lagi.

Demikian juga pada Kepala Dinas Perhubungan, Sumardi. Pejabat yang satu ini, kata Laode, kepemimpinanya terkesan tidak mau tahu. Hal itu bisa terlihat dengan upaya peningkatan PAD dari parkir yang hingga 2012 tidak mengalami peningkatan yang berarti.

Bahkan, akibat tidak ada pengawasan dan pemantuan kendaraan yang menggunakan jalan raya, semua jenis kendaraan bahkan buldozer dan alat berat sekali pun, dapat bebas lalu lalang di jalan raya dan jalan protokoler di Tanjungpinang.

"Akibatnya, sejumlah ruas dan badan jalan di Tanjungpinang, hancur lebur akibat digunakan mobil yang bertonase berat sarat dengan muatan. Demikian juga dengan sektor perparkiran, selain tidak dapat meningkatkan PAD, parkir di kota Tanjungpinang dalam dua tahun terakhir, semakin semrawut," tuturnya lagi.

Oleh sebab itu, Laode menambahkan, hendakanya Lis Darmansyah harus lebih selektif memilih pejabat pembantunya, termasuk mempertimbangkan kredibilitas serta profesionalisme dari masing-masing pejabat.

"Selain profesional, loyalitas dan kredibilitas harus menjadi tolak ukur utama bagi Lis Darmansyah dalam mengevaluasi kinerja pejabat-pejabat di atas. Karena masyarakat juga sudah tidak terlalu butuh dengan pejabat yang sok pintar, tetapi butuh seorang pejabat yang dapat melayani," kata Laode.