Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Banyak Orang Salah Kenali Pemicu Migrainnya
Oleh : dd
Jum'at | 25-01-2013 | 13:58 WIB
migrain.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAM, batamtoday - Lebih dari 95 persen orang yang mengalami migrain dapat mengidentifikasi setidaknya satu aktivitas atau faktor yang akan membuat migrain mereka kambuh. Tapi sebuah studi baru mengungkapkan bahwa hal-hal yang dianggap sebagai pemicu migrain aura, terutama yang berupa gangguan visual itu bisa jadi tak sekuat apa yang mereka duga selama ini.

Studi asal Denmark ini bisa dikatakan sebagai yang pertama mengamati apakah pemicu migrain yang dilaporkan penderita ini benar-benar menyebabkan serangan migrain atau tidak.

Untuk memastikannya, peneliti dari University of Copenhagen tersebut merekrut 27 penderita migrain aura yang mengklaim bahwa migrain mereka disebabkan oleh dua hal; cahaya yang terang atau berkelap-kelip maupun olahraga berat. Partisipan yang terdiri atas 17 wanita dan 10 pria ini berusia antara 20-69 tahun dan rata-rata dilaporkan mengalami 12 serangan migrain pertahunnya.

Kemudian agar migrainnya bisa muncul, peneliti memapari pasien dengan hal-hal yang menurut pasien dapat memicu migrainnya kambuh. Bagi partisipan yang mengaku migrainnya dipicu oleh olahraga diminta melakukan lari intens atau mengendarai sepeda stasioner selama satu jam.

Sedangkan partisipan yang mengidentifikasi cahaya terang atau berkelap-kelip sebagai pemicu migrainnya dipapari tiga jenis cahaya; terang, kilatan cahaya dan berkelap-kelip selama 30-40 menit untuk setiap jenis cahaya. Bahkan sejumlah partisipan dipapari kombinasi keduanya, olahraga dan cahaya.

Hasilnya, hanya 11 persen partisipan atau 3 dari 37 orang yang dilaporkan mengalami migrain aura setelah berolahraga atau dipapari kombinasi antara olahraga dan cahaya. 11 persen lainnya dilaporkan mengalami migrain tanpa aura, sedangkan partisipan yang hanya diberi stimulasi cahaya tidak mengalami gejala migrain sama sekali.

"Kami terkejut dengan temuan ini karena para pasien yakin bahwa mereka selalu atau sering mengalami serangan setelah berhadapan dengan faktor pemicu ini," ungkap peneliti Dr. Jes Oleson seperti dikutip dari myhealthnewsdaily, Jumat (25/1/2013).

Namun peneliti mengaku tak tahu pasti apakah migrain yang mereka amati selama studi disebabkan oleh stimulan itu sendiri atau apakah gejala itu telah terjadi terlepas dari apapun yang partisipan lakukan. Sayangnya peneliti tidak mengamati pemicu migrain seperti cahaya terang atau olahraga berat dalam konteks aktivitas harian.

"Jadi tampaknya jutaan penderita migrain bisa saja salah dalam mengidentifikasi pemicu migrainnya sendiri. Tapi menurut saya, sejumlah rangsangan yang dikira pasien ada hubungannya dengan awal serangan migrain itu sebenarnya bukanlah serangan itu sendiri tapi lebih kepada gejala awal migrain," timpal Dr. Peter Goadsby, pakar neurologi dan direktur Headache Center, University of California San Francisco yang tidak terlibat dalam studi ini.

"Migrain hanya bisa terjadi ketika sejumlah situasi terjadi dalam waktu yang bersamaan misalnya melewatkan makan, begadang dan jogging atau lari dengan intensitas tinggi. Mungkin nantinya harus ada studi lanjutan yang menunjukkan bahwa migrain itu sebenarnya produk dari serangkaian rangsangan atau kejadian," pungkasnya.

Studi ini baru saja dipublikasikan dalam jurnal Neurology.

Sumber : Health.detik.