Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Keluarga Keraton Yogyakarta Ucapkan Selamat Natal
Oleh : dd/tc
Selasa | 25-12-2012 | 13:39 WIB
kraton_yogyakarta.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Kraton Yogyakarta.

YOGYAKARTA, batamtoday - Perwakilan keluarga Keraton Yogyakarta dan Puro Pakualaman melakukan safari Natal dengan mendatangi tiga gereja pada malam perayaan Natal, Senin (24/12/2012). Mereka mengatasnamakan Song Song Buwono. Beberapa elemen masyarakat, seperti Forum Persatuan Umat Beragama dan Sekretariat Bersama Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta, juga hadir.

“Kami ingin mengisi keistimewaan dengan hal-hal posistif. Harapannya, semangat ini menjadi semangat bagi Yogyakarta, Indonesia, juga dunia,” kata Kanjeng Pangeran Haryo Wironegoro, dikutip dari Tempo, Selasa (25/12/2012). Ia merupakan menantu Sultan Hamengku Buwono X. Wironegoro menikahi putri sulung Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Pembayun.

Menurut Ketua Pelaksana Tagor Prakosa, safari Natal baru kali pertama diadakan. Acara ini merupakan upaya keraton untuk menjaga keragaman. Hal itu sesuai dengan amanat Sulan Hamengku Buwono X saat mengucap syukur atas pengesahan Undang-Undang Keistimewaan DIY pada 12 Oktober lalu di Pagelaran Keraton. Yakni, Yogyakarta yang berketuhanan, berperikemanusiaan, dan berkeadilan.

Selain Wironegoro, keluarga keraton diwakili Kanjeng Raden Tumenggung Yudohadiningrat, Penghageng Parentah Ageng keraton. Sedangkan perwakilan keluarga Pakualaman adalah Kanjeng Pangeran Haryo Condrokusuma dan KPH Kusumo Parasto. Pembayun batal mengikuti safari Natal karena pamannya atau adik dari ibunya, GKR Hemas yang bernama Ade Drajad Sustiadi (52 tahun), meninggal dunia pada 24 Desember pukul 09.00 di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta.

Rombongan berkeliling untuk mengucapkan selamat Natal di tiga gereja, dari tujuh gereja yang awalnya dituju. Ketiga gereja tersebut secara berurutan didatangi meliputi Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Margomulyo di kawasan Malioboro, gereja Katolik Kotabaru, dan Gereja Kristen Jawa Sawokembar Gondokusuman. “Waktunya tak mencukupi, jadi dipilih tiga gereja saja. Apalagi waktu persiapan hanya tiga hari,” kata Wironegoro.

Rombongan dipimpin Pendeta Gereja Bethel Indonesia Adisutjipto Kristina Renaningsih. Rombongan dari elemen-elemen masyarakat mengenakan busana Jawa dan jubah serba-putih untuk laki-laki dan kebaya Jawa dipadu jilbab warna hijau untuk rombongan perempuan. Mereka disambut dengan antusias oleh jemaat gereja yang hadir. Wironeoro memberikan bingkisan Natal berupa foto yang diterima pendeta di Gereja Katolik Kotabaru. Wironegoro dan Ketua FPUB Kiai Haji Muhamin mewakili rombongan untuk menyampaikan ucapan selamat Natal di tiap-tiap gereja.

Sebelum rombongan berangkat, Muhaimin menyampaikan kritik kepada Majelis Ulama Indonesia yang mengeluarkan seruan fatwa yang mengharamkan umat Islam mengucapkan selamat Natal. Menurut Muhaimin, fatwa larangan adalah hak MUI. Hanya saja fatwa itu dinilai tidak sesuai lagi dengan konteks global. Banyak ulama besar yang tidak hanya mengucapkan selamat Natal, melainkan juga datang ke perayaan Natal di gereja. “Kalau presiden saja boleh mengucapkan, masak yang lain enggak boleh?” kata Muhaimin.

Kegiatan tersebut, menurut Muhaimin, akan dilanjutkan di tiap-tiap perayaan hari besar keagamaan lainnya. “Biar tidak menimbulkan diskriminasi,” kata Muhaimin.