Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pemerintah Prioritaskan Penanganan Penyakit Ginjal di Indonesia
Oleh : Redaksi
Selasa | 18-03-2025 | 11:44 WIB
Prof-Dante1.jpg Honda-Batam
Wakil Menteri Kesehatan, Prof dr Dante Saksono Harbuwono. (Foto: Kemenkes)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Upaya peningkatan layanan transplantasi ginjal di Indonesia menjadi fokus utama dalam diskusi publik yang melibatkan para pakar kesehatan, Selasa (11/3/2025) di Jakarta.

Diskusi ini menjadi harapan baru bagi pasien dengan penyakit ginjal kronis, terutama mereka yang bergantung pada cuci darah seumur hidup.

Wakil Menteri Kesehatan, Prof dr Dante Saksono Harbuwono, mengungkapkan saat ini terdapat 19 pusat transplantasi ginjal di Indonesia, dan jumlahnya akan terus bertambah seiring dengan pengembangan fasilitas kesehatan. "Jumlah pusat transplantasi ginjal ini akan terus kami tingkatkan untuk memberikan akses yang lebih luas bagi pasien," ujarnya, demikian dilkutip laman Kemenkes.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui program transformasi kesehatan rujukan telah membangun jejaring rumah sakit untuk menangani penyakit katastropik, termasuk kelainan ginjal.

Prof Dante menegaskan penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit dengan beban biaya tinggi bagi sistem kesehatan nasional. "Jika penyakit ginjal tidak ditangani dengan baik, pembiayaan kesehatan akan terus meningkat," katanya.

Ia juga menjelaskan biaya perawatan pasien yang menjalani cuci darah mencapai sekitar Rp 420 juta per tahun, sementara transplantasi ginjal memerlukan biaya sekitar Rp 300 hingga Rp 350 juta. Dari sisi efektivitas biaya, transplantasi ginjal dinilai lebih menguntungkan dalam jangka panjang.

"Transplantasi ginjal bukan hanya solusi medis, tetapi juga solusi sosial dan ekonomi yang lebih efisien," lanjutnya.

Diskusi ini diharapkan menghasilkan rekomendasi konstruktif untuk pengembangan layanan transplantasi ginjal di Indonesia. Salah satu tantangan utama yang dibahas adalah minimnya literasi masyarakat mengenai donor ginjal. Banyak orang yang bersedia mendonorkan ginjalnya tetapi tidak mengetahui prosedur yang harus ditempuh.

"Pendidikan dan sosialisasi tentang donor ginjal harus terus dilakukan agar semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya berbagi organ," tambah Prof Dante.

Selain itu, ia memberikan apresiasi kepada Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) yang menginisiasi diskusi ini. Menurutnya, kegiatan semacam ini penting dalam mencari solusi guna memperbaiki sistem kesehatan nasional, khususnya bagi pasien ginjal.

"Kami berharap diskusi ini memberikan masukan yang berharga bagi Kementerian Kesehatan agar layanan transplantasi ginjal semakin berkembang dan dapat diakses lebih luas," tuturnya.

Prof Dante juga menegaskan pemerintah akan terus memastikan kualitas layanan kesehatan tetap terjaga dan upaya pengembangan fasilitas transplantasi ginjal berjalan optimal. "Transplantasi ginjal akan terus terlaksana sebagai bagian dari tanggung jawab kami di Kementerian Kesehatan untuk memperkuat sistem kesehatan nasional," pungkasnya.

Melalui diskusi ini, diharapkan masyarakat semakin memahami pentingnya transplantasi ginjal dan donor organ, serta mendukung kebijakan pemerintah dalam meningkatkan layanan kesehatan di Indonesia.

Editor: Gokli