Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Gunung Tinggi
Oleh : Redaksi
Senin | 27-01-2025 | 08:44 WIB
27-01_gunung-tinggi-disway_0238348378.jpg Honda-Batam
Gunung McKinley. (Foto: Disway.id)

Oleh Dahlan Iskan

DI ANTARA 100 perubahan penting yang dilakukan Presiden Donald Trump, ada satu yang tidak penting: perubahan nama gunung. Dari nama lama: Gunung Denali. Ke nama baru: Gunung McKinley.

Untung, sebelum Covid lalu saya sempat melihatnya dari jauh: dari luar kota Anchorage, kota terbesar di Alaska.

Saya mengantarkan teman yang akan terbang dengan helikopter ke lokasi yang lebih dekat dengan Denali.

Anda sudah tahu: Denali adalah gunung tertinggi di Amerika Serikat. Tingginya 6.150 meter. Hampir dua kali lipat lebih tinggi dari gunung Semeru. Atau enam juta kali lipat gunung-gunung yang sering membuat Anda gagal fokus.

Denali adalah bahasa suku asli Alaska. Artinya tinggi.

McKinley adalah nama presiden ke-25 Amerika Serikat: William McKinley. Ia mati setelah seminggu ditembak di bulan September yang penuh hujan. Di Buffalo, pedalaman negara bagian New York. Dekat air terjun Niagara. Bung Karno baru saja lahir saat itu: 1901. Baru berumur tiga bulan.

Perubahan nama itu ditentang oleh Alaska. Tokoh partai Republik Alaska, Lisa Murkowski bicara amat keras --menolak perubahan itu. Trump tidak peduli. Ia tandatangani dekrit presiden itu di hari pertama masa jabatannya: 20 Januari 2024. Putusan itu sudah harus resmi berlaku 30 hari setelah ditandatangani.

Ahli sejarah presiden-presiden Amerika memang sepakat: William McKinley adalah salah satu presiden terbesar dalam sejarah Amerika. Hanya kalah oleh George Washington dan Abraham Lincoln. Padahal ia hanya satu periode menjabat. Saat ditembak itu ia sedang siap-siap kampanye untuk masa jabatan kedua.

Trump rupanya ingin seperti McKinley. Radikal. Hebat. Bersejarah. Kontroversial tapi punya warisan besar. McKinley-lah presiden yang mengakhiri kekuasaan mutlak parlemen. Sejak ia-lah kekuasaan presiden menjadi lebih besar. Persis seperti yang diinginkan Trump. Juga seperti yang diinginkan presiden Indonesia yang ke.... --Juve Zhang yang tahu lebih banyak.

McKinley juga presiden pertama yang menerapkan bea masuk tinggi: untuk menggairahkan produksi industri dalam negeri. Bahkan ia ingin produksi Amerika bisa merajai pasar dunia.

Tapi bukan Trump orang pertama yang ingin mengubah nama Gunung Denali ke Gunung McKinley. Di tahun nun 1890-an, ketika nenek Anda belum lahir, sudah ada yang mengusulkan itu. Tujuannya: sebagai dukungan agar McKinley terpilih sebagai presiden ke-25. Saat itu memang lagi masa kampanye untuk McKinley.

Nama Gunung Denali juga pernah berubah ke dalam bahasa Rusia. Yakni ketika Rusia menguasai Alaska. Tapi nama dalam bahasa Rusia itu, kalau diterjemahkan, artinya Denali juga.

Setelah McKinley tewas namanya masih tetap abadi melekat di gunung itu. Sampai tibalah masa Barack Obama, dari partai Demokrat, jadi presiden. Dua periode.

Obama mengeluarkan dekrit: nama Gunung McKinley dikembalikan ke nama aslinya: Denali.

Ketika Trump yang begitu membenci Obama berkuasa, nama Denali diubah lagi ke McKinley. Mungkin bukan karena benci Obama. Mungkin karena terlalu mengagumi William McKinley.

McKinley sekarang tinggal di lereng gunung dekat kota kecil bernama Canton --tidak jauh di selatan Cleveland, Ohio. Itu adalah tempat kelahiran Ida, istrinya. Ida dua tahun lebih tua dari McKinley.

Presiden yang menggantikan McKinley, Theodore Roosevelt membangunkan mausoleum untuknya. Hongsui mausoleum itu ideal untuk makam: bersandar ke gunung, bisa memandang ke bawah dengan jelas --ke kota Canton. McKinley sendiri lahir di Niles, hanya satu jam naik mobil dari Canton.

Ida, istri McKenley, juga dimakamkan di situ --tiga tahun setelah suaminyi ditembak. Usianyi masih 59 tahun. Itu sudah hebat. Banyak yang memperkirakan dia meninggal di hari yang sama. Atau sehari setelah itu: sang istri memang histeris, histeris, dan histeris. Sepanjang hari. Berhari-hari. Sejak penembakan sampai pemakaman. Pun setelahnya.

Dalam histerisnyi itu sang istri minta untuk meninggal hari itu juga --di hari sang suami meninggal.

Hari itu, mayat McKinley disemayamkan di gedung Kongres. Lalu dinaikkan kereta api khusus menuju Canton. Lewat Cleveland. Sang istri ikut dalam gerbong mayat. Banyak yang menduga sang istri meninggal di perjalanan itu.

Tidak. Ternyata masih hidup sampai tiga tahun kemudian. Dia tidak mau balik ke Washington. Dia menghabiskan sisa hidupnyi di kota kecil Canton --menemani sang suami.

Mungkin Trump ingin bisa menjadi presiden yang hebat seperti McKinley.

Tapi rasanya Melania masih akan berumur panjang setelah Trump meninggal kelak.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia