Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perayaan HUT ke-52 PDIP

Megawati Tegas Tolak Ketemu Prabowo, Anggap KPK Tidak Ada Kerjaan Tetapkan Hasto Tersangka, PDIP Jadi Target!
Oleh : Redaksi
Jumat | 10-01-2025 | 17:04 WIB
Mega_Ngamuk_Mau_Nyeruduk.jpg Honda-Batam
Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidatonya saat HUT ke-52 PDIP di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025) (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta- Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidatonya saat HUT ke-52 PDIP di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025). Pidato politiknya diwarnai berbagai pernyataan kontroversial. 

Acara HUT ke-52 ini digelar sederhana dan hanya dihadiri langsung oleh pengurus di jajaran dewan pimpinan pusat (DPP).

Sementara, kader di tingkat daerah mengikuti secara daring. PDIP juga tak mengundang Presiden Prabowo Subianto dalam momen ini.

Dalam pidatonya, Megawati menyatakan merasa tak perlu bertemu langsung dengan Presiden RI Prabowo Subianto menyusul wacana pertemuan keduanya yang sempat menjadi sorotan beberapa waktu lalu.

Dia mengakui sempat dibisiki bahwa ada seseorang yang ingin kembali dibuatkan nasi goreng. Nasi goreng sempat menjadi menu masakan dalam pertemuan keduanya usai Pilpres 2019.

Menurut Mega, dia mengirim anak buahnya jika punya urusan dengan Prabowo.

"Bu, ada yang udah minta nasi goreng. Oh, nasi goreng. Aku aja lagi mumet, anak-anakku banyak yang enggak jadi. Lah gitu loh. Emangnya enggak boleh, boleh lah. Tapi kan prinsip," katanya.

"Kalau aku perlu situ kan enggak perlu ketemu toh. Aku bisa kok ngirim orang. Sampe. Gitu loh. Itu apa namanya, strategi politik. Ngono wae kok ra iso," imbuh Mega.

Mega mempersilakan Prabowo ramai-ramai bersama koalisi besar pemerintahannya. Dia menyebut PDIP tak akan ikut campur.

"Situ sono lah rame-rame. Apa aku ngerusuhi situ kan enggak toh," kata Megawati.

Pernyataan kontroversial lainnya, adalah ketika Megawati turut menyinggung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang telah menetapkan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto sebagai tersangka.

KPK diketahui menetapkan Hasto sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terhadap komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2017-2022 Wahyu Setiawan, terkait pergantian antarwaktu Harun Masiku, pada Selasa, 24 Desember 2024 lalu.

Mega mempertanyakan KPK yang terkesan hanya fokus pada Hasto dalam penanganan kasus tersebut. Sementara sudah ada sejumlah tersangka dalam kasus itu.

"Ya KPK masak ga ada kerjaan lain, ha? Yang dituding-tuding, yang diobrak-abrik hanya Pak Hasto wae."

"Ayo wartawan, tulis gitu, karena sebenarnya kan banyak yang malah udah tersangka," kata Megawati dalam pidatonya di HUT ke-52 PDIP yang mengangkat tema: Api Perjuangan nan tak kunjung padam."

Mega juga mengaku mengikuti pemberitaan terkait kasus itu. Dia menduga-duga bakal ada perkembangan dalam kasus itu, tapi ternyata tidak.

"Saya buka koran, mungkin ada tambahan, ga ada," kata Mega dengan raut wajah kecewa.

Megawati turut merasa heran partainya kini seperti digebuk. Cara seperti itu dilakukan seperti seolah-olah sah, padahal tidak.

"Lah orang kalau enggak salah, mbok yo jangan pura-pura salah. Ini kayak Pak Hasto," kata Megawati.

"Masa sih yang lain enggak dibegitukan, hanya kita aja yang digebak-gebuk, digebak-gebuk, dengan cara sepertinya ini adalah sebuah yang sah. Mana sahnya?" Imbuhnya.

Megawati heran padahal banyak tersangka lain, namun hanya kader partainya yang terus dicari-cari. Dia mempertanyakan hukum di Indonesia setelah berdirinya KPK.

"Ke mana kah, hukum di republik Indonesia ini ketika setelah berdirinya KPK dengan gampang orang hanya bisa mengambil tanpa dengan hati nurani," katanya.

PDIP Sedang Dimainkan

Karena itu, dalam kesempatan ini, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri meyakini, bahwa PDIP kini memang tengah dimainkan oleh sejumlah pihak.

Menurutnya, kejahatan secara terstruktur, sistematis, dan masif (TSM) benar-benar berjalan. Namun, banyak pihak yang coba ingin menutup-nutupi.

"Saya hanya ingin tahu, ini memang dimainkan kan bahwa PDIP itu ini jangan deh, bohongi saya. TSM itu berjalan, tapi kan semuanya mau menutupi," kata Megawati.

Megawati bilang kabar itu bukan fitnah. Megawati mengaku tak mau lagi ingin menutup-nutupi. Dia bahkan siap untuk menyebut orang-orang yang terlibat dan ingin memainkan PDIP.

"Nah, sekarang saya buka aja, gitu loh. Kenapa nanti dibilang saya fitnah, endak. Mau saya suruh panggil orang-orangnya. Yang enggak jadi itu karena apa," katanya.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kembali menegaskan posisinya sebagai pemimpin partai. Megawati menyatakan siap meneruskan kepemimpinannya selama masih sehat dan kuat, sesuai dengan amanat kader partai.

"Ayo tepuk tangan yang hebat, ngono loh! Katanya minta saya jadi ketua umum lagi, ketua umum lagi. Tapi anak buahku begini aja, ya emoh!" kata Megawati.

Megawati menyindir adanya kabar tentang seseorang yang ingin menggantikannya sebagai ketua umum. Ia menantang para kader apakah mereka bersedia dipimpin oleh sosok tersebut.

"Wah, terus ada yang kepingin (jadi ketua umum)? Haha, gile! Mau enggak sama yang kepingin itu?" tanya Megawati.

Pertanyaan ini langsung disambut serempak oleh kader yang hadir dengan jawaban tegas, "Enggak!"

Namun, Megawati tidak berhenti di situ. Dengan nada bercanda, ia menyebut bahwa jika ada kader yang diam dan tidak ikut menjawab, berarti kader tersebut mungkin setuju dirinya tidak lagi menjabat sebagai ketua umum.

"Tapi ada yang enggak ngomong (enggak), berarti dia mau? Ah, gila deh!”"celetuk Megawati sambil tersenyum.

Megawati juga mengaku banyak didatangi para penggede untuk mengadu sejumlah persoalan mulai dari masalah hukum hingga urusan pertanian.

Menurut Mega, mereka datang secara diam-diam. Dia mengaku bingung padahal dia tak menjadi bagian dari pemerintahan.

"Aku bilang saya ini pemerintahan bagian mana loh, kok datang ke saya urusan hukum, pertanian. Diam-diam. Ngumpet-ngumpet lho," kata Megawati.

Megawati merasa kedatangan mereka secara diam-diam seperti tak memiliki kemerdekaan. Padahal, mestinya mereka bisa datang secara terbuka.

Menurut Megawati, kehadiran mereka secara diam-diam karena PDIP tak menjadi bagian dari Koalisi Indonesia Meju (KIM) pendukung Prabowo Subianto.

"Loh, kok enggak ada merdekanya ya. Ya mbok dateng ae loh. Karena katanya, 'kalau nanti saya dateng, Ibu kan enggak masuk KIM'. Apa urusannya saya mesti masuk KIM atau saya masuk ke KIM. Gile, ayok tepuk tangannya ya hebat," katanya.

Editor: Surya