Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Beras Kamboja akan Mulai Didatangkan Desember 2012
Oleh : si
Rabu | 31-10-2012 | 17:50 WIB

JAKARTA, batamtoday - Pemerintah Indonesia dan pemerintah Kamboja telah mencapai kesepakatan mengenai rencana kerjasama dalam rangka memenuhi kebutuhan stok beras nasional. Pada tahap awal, pemerintah Kamboja akan mendatangkan 100 ribu ton beras ke tanah air pada Desember 2012, dan pada 2013 sebanyak 1 juta ton.


Kesepakatan itu diambil antara Dirjen Perdagangan Luar Negeri (PLN) Kementerian Perdagangan (Kemendag) Deddy Saleh dan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Sutarto Alimoeso mewakili pemerintah Indonesia dengan Chairman Green Trade Thon Virak mewakili Kementerian Perdagangan Kamboja dan Ceo Chamalay Foods Co. Ltd Noorhisham bin Nordin di Jakarta, Rabu (1/11/2012).

Pertemuan ini, kata Deddy Saleh, dalam rangka menindaklanjuti MoU yang telah dibuat Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dengan Menteri Perdagangan Kamboja Cham Prasidh pada 28 Agustus lalu di Kamboja. Beras Kamboja ini, lanjutnya, akan digunakan untuk memenuhi stok beras nasional antara 3-4 juta ton, dimana berasnya tidak semua dikirim ke Indonesia, tetapi akan dibuat stok di Kamboja.

"Nantinya Bulog bisa beroperasi di Kamboja, beras tidak perlu semua dikirim ke Indonesia tetapi dijadikan stok di sana, bisa untuk komersil (dijual lagi, red) dan bisa diambil sewaktu-sewaktu untuk memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri," kata Deddy.

Deddy berharap kerjasama ini bisa menguntungkan kedua negara, tidak sebatas masalah impor beras Kamboja ke Indonesia saja, tetapi juga dilanjutkan dengan ekspor berbagai produk Indonesia seperti manufaktur, kopi dan lain-lain ke Kamboja. "Jadi biar kerjasama ini membawa manfaat, Indonesia juga bisa mengekspor barang manufaktur, kopi dan lain-lain ke Kamboja," katanya.

Sedangkan Chairman Green Trade Thon Virak mengatakan, pemerintah Kamboja saat ini tengah menggiatkan industri pertanian dan membina para petaninya untuk melakukan ekspor beras. "Setiap tahun kita selalu surplus beras, kita memiliki harga kompetitif dan beras kita berkualitas. Untuk ekspor ke Indonesia kita telah menjalin kerjama dengan Bulog," kata Thon Virak.

Sementara Kamboja 80 persen penduduknya bertani, maka yang diperlukan adalah pupuk dan teknologi pertanian serta penanganan pasca-panen. "Kami butuh pupuk, traktor, dan mesin penggiling gabah, silahkan pengusaha Indonesia pasok ke Kamboja bersama-sama dengan mitra-mitra kami lainnya," katanya.

Ceo Chamalay Foods Co. Ltd Noorhisham bin Nordin mengatakan, Indonesia akan diuntungkan membeli beras dari Kamboja karena harganya jauh lebih murah daripada membeli beras dari Vietnam dan Thailand. Sebab, beras Vietnam dan Thailand yang diekspor ke Indonesia berasal dari Kamboja.

"Jadi cost akan jauh lebih rendah dengan harga kompetitif, karena beli berasnya langsung dari Kamboja, tidak perlu lagi dibeli dari Vietnam dan Thailand karena lebih mahal. Indonesia juga bisa bikin stok di Kamboja dan bisa dijual lagi," kata Noorhisham.

Camalay Food Co. Ltd, kata Noorhisham adalah perusahaan joint venture yang ditunjuk pemerintah Kamboja untuk melakukan ekspor beras ke Indonesia. Perusahaan ini diwakili Green Trade Kementerian Perdagangan Kamboja, Schamrice Malaysia dan Schamrice Kamboja.

"Desember 2012 ini kita siap ekspor beras ke Indonesia 100 ribu ton, pada pada 2013 kita siapkan 1 juta ton. Di dalam kontrak juga, Bulog akan membangun pabrik penggilingan padi di Kamboja. Camalay hanya bertugas sebagai marketing dan finance," kata Noorhisham yang juga Director Schamrice Malaysia ini.

Alias Wello, Representatif Camalay Food Co. Ltd di Indonesia menambahkan, hasil pertemuan dengan Kepala Bulog Sutarto Alimoeso, Green Trade diminta segera mengajukan penawaran harga beras Kamboja yang akan dijual ke Indonesia.

"Dalam waktu dekat Bulog akan ke Kamboja untuk melakukan peninjauan dalam rangka menindaklanjuti MoU yang telah ditandatangani menteri perdagangan kedua negara. Ekspor akan segera direalisasikan 100 ribu ton tahap awal," kata Alias.

Alias menegaskan, beras Kamboja memiliki kualitas lebih baik dan merupakan beras organik, meskipun memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan beras dari Vietnam dan Thailand. Kamboja, lanjutnya, selain surplus besar, juga mengalami surplus kedelai sehingga kerjasama diharapkan bisa berlanjut pada produktivitas pertanian lainnya.